Media Asuransi, JAKARTA – Di tengah gejolak akibat perang Rusia-Ukraina serta kekhawatiran akan dampak kenaikan harga minyak terhadap inflasi dan kebijakan Bank Sentral AS, banyak nasabah bertanya apakah mereka harus melikuidasi portofolio mereka dan menyimpan uang tunai. Satu hal yang pasti, sentimen pasar tidak pernah positif ketika terjadi konflik atau perang.
Walaupun menempatkan dana pada uang tunai dapat mengurangi risiko penurunan nilai untuk sementara waktu, memegang uang tunai dalam jumlah besar bukanlah jalan keluar karena kenaikan inflasi hanya akan mengikis daya beli secara berangsur-angsur.
Baca juga: Jadi Bank Digital, Allo Bank Alihkan Aset dan Liabilitas ke Bank Mega
Chief Investment Officer DBS, Hou Wey Fook, menyarankan agar portofolio terus disesuaikan dengan perkembangan dan diperbarui serta ditautkan ke perusahaan terbaik di kelasnya. Terlepas dari dampak harga minyak pada inflasi dan meningkatnya risiko stagflasi, pemulihan ekonomi dari pembukaan kembali ekonomi pascapandemi mendukung investor untuk tetap berinvestasi.
Baca juga: Inflasi AS Catat Rekor Terburuk, Ini yang Bakal Terjadi
“Tetap gunakan ‘pendekatan barbel’ kami, berinvestasi di aset berisiko tinggi dan aset tanpa risiko dengan ekuitas yang tidak terdampak tren jangka pendek dan aset yang menghasilkan pendapatan, dan tambahkan emas untuk mendiversifikasi portofolio guna mengurangi risiko,” ungkap Hou Wey Fouk, seperti dikutip dari keterangan pers, Rabu, 13 April 2022.
Pihaknya juga mengamati peluang investasi melalui private equity (Pendanaan Perusahaan Swasta Tidak Terdaftar) untuk pertumbuhan dan menggarisbawahi Layanan Kesehatan sebagai sektor dengan pertumbuhan di atas rata-rata dengan karakteristik defensif (menghasilkan pendapatan dan imbal hasil stabil dan konsisten terlepas dari kondisi umum pasar). Aha
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News