Media Asuransi, JAKARTA – Kondisi fundamental ekonomi Indonesia diperkirakan tetap kuat memasuki semester II/2022 di tengah ketidakpastian global yang terus berlanjut.
Melalui Daily Write Up Macro Update – June’s international trade: Solid external balance, ekonom Mirae Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto, mengatakan bahwa pertumbuhan ekspor Indonesia pada bulan Juni meningkat menjadi 40,7% yoy (USD26,1 miliar) dari 27,0% yoy (USD21,5 miliar) pada bulan Mei.
Pertumbuhan ekspor tersebut lebih tinggi dari ekspektasi konsensus yang sebesar 30,3% yoy, didukung oleh kebijakan pemerintah untuk melonggarkan larangan ekspor minyak sawit. Di sisi lain, pertumbuhan impor cukup baik, mencapai 22% yoy (USD21 miliar) pada bulan Juni dari 30,7% yoy (USD18,6 miliar) pada bulan Mei, sedikit lebih tinggi dari ekspektasi konsensus sebesar 20,1% yoy. Menurut kami angka impor tersebut mencerminkan kondisi permintaan domestik yang cukup baik.
|Baca juga: Bangun Ekonomi Berkelanjutan, G20 Terus Kembangkan Blue, Green, dan Circular Economy
Trade surplus widened, reaching USD5,1 miliar. Neraca Perdagangan Indonesia mencatatkan surplus selama 26 bulan berturut-turut. Surplus neraca perdagangan pada bulan Juni melebar menjadi USD5,1 miliar dari USD2,9 miliar di bulan Mei.
Akumulasi surplus perdagangan di sepanjang 6M22 mencapai USD24,9 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan pada periode 6M21 yang sebesar USD11,8 miliar. Surplus perdagangan yang sangat tinggi selama 6M22 mencerminkan kuatnya kondisi keseimbangan eksternal Indonesia di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Rully menjelaskan Keseimbangan eksternal yang solid, cadangan devisa yang mencukupi, serta kondisi fiskal yang sehat akan memperkuat fundamental perekonomian Indonesia memasuki 2H22 di tengah ketidakpastian global yang terus berlanjut.
Saat ini meski melemah, jelasnya, tetapi pelemahan rupiah tidak sedalam mata uang lain di dunia karena masih didukung oleh surplus perdagangan yang tinggi. “Kami memperkirakan surplus perdagangan akan berlanjut di 2H22 karena beberapa harga komoditas masih tinggi, khususnya batu bara. Kami masih yakin neraca perdagangan Indonesia tahun ini akan lebih baik dibandingkan tahun 2021,” jelasnya.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News