Media Asuransi – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam beberapa tahun terakhir berupaya meningkatkan literasi dan inklusi keuangan khususnya di kalangan milenial. Inklusi keuangan sendiri merupakan suatu kondisi di mana setiap anggota masyarakat mempunyai akses terhadap berbagai layanan keuangan formal yang berkualitas, tepat waktu, lancar, dan aman dengan biaya terjangkau sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing.
Saat ini, inklusi keuangan di Indonesia terhitung masih rendah dibanding dengan rata-rata negara di Asia Timur dan wilayah Pasifik. Berdasarkan data World Bank Global Findex 2017, orang dewasa di Indonesia yang telah memiliki rekening tabungan baru mencapai 48,9%.
Angka ini terbilang rendah, dibanding negara di Asia Timur dan Pasifik yang mencapai 70,6%. Padahal, pemerintah menargetkan tingkat inklusi keuangan di Indonesia bisa meningkat sampai 75%.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Meroket, Medco Mendulang Untung
Salah satu cara mencapai inklusi keuangan adalah dengan memperkenalkan jenis-jenis investasi yang ada, hanya saja banyak masyarakat yang sampai saat ini belum dapat menentukan tujuan keuangan ke depan baik jangka pendek maupun panjang.
Untuk itu, diperlukan perencanaan keuangan yang lebih matang, baik dalam menentukan tujuan dan jenis investasinya. Setelah menentukan tujuan dan jangka waktu investasi, baru kita dapat mengetahui jenis investasi yang tepat.
Berikut jenis-jenis investasi yang dapat dipertimbangkan:
Tabungan dan Deposito Bank
Untuk meminimalkan risiko kehilangan uang, Anda dapat menabung ke bank. Sebab pada dasarnya menabung adalah sebuah kegiatan memisahkan sejumlah uang untuk disimpan. Nantinya, uang tersebut masih dapat digunakan sewaktu-waktu jika diperlukan.
Adapula produk investasi di bank melalui deposito, ini adalah produk simpanan di bank yang penyetorannya maupun penarikannya hanya bisa dilakukan pada waktu (tenor) tertentu saja. Berbeda dengan tabungan, deposito menawarkan bunga yang lebih tinggi.
Saat ini bunga deposito di bank berkisar antara 5% sampai 7% per tahun dari jumlah investasi. Sedangkan bunga tabungan berkisar antara 0,5% sampai 3% per tahun. Kisaran suku bunga ini akan dipengaruhi oleh suku bunga acuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia selaku bank sentral secara berkala.
Baca juga: Terus Naik, Investor Asing Net Buy Rp17,01 Triliun Sepanjang 2021
Logam Mulia dan Valas
Emas maupun valuta asing (valas) dapat menjadi pilihan untuk melakukan diversifikasi bentuk aset lancar yang dapat memberikan stabilitas di saat ekonomi dalam keadaan berfluktuasi. diversifikasi pada kedua instrumen itu sering dianggap sebagai safe haven alias fluktuasinya minim dibandingkan instrumen lainnya.
Adapun jenis investasi logam mulia yang paling popular adalah investasi emas. Investasi logam mulia emas karena mudah dijual kapan saja saat membutuhkan dana.
Sedangkan valas merupakan investasi berbentuk jual beli mata uang. Ada beberapa jenis investasi valuta asing. Salah satunya adalah investasi tradisional (beli di bank pada harga rendah dan jual pada harga tinggi).
Valas jadi dapat menguntungkan bila kita dapat memperhitungkan waktu yang tepat dalam menaruh investasinya. Beberapa mata uang yang jadi acuan valas yakni dolar Amerika Serikat, euro, dan poundsterling.
Hal yang perlu dipertimbangkan dari kedua instrumen ini adalah pertumbuhan nilainya tidak akan terlalu tinggi meskipun jika dilihat secara harga pertumbuhannya bisa cukup menggiurkan.
Reksadana dan Saham
Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana atau modal yang asalnya dari investor, dan diinvestasikan dalam bentuk portofolio investasi. Kewenangan menginvestasikan modal tersebut ke dalam bentuk portofolio dilakukan oleh perusahaan perantara yang disebut Manajer Investasi (MI).
Reksadana pasar uang biasanya berisi instrumen SBI maupun deposito. Tingkat risiko dari jenis investasi yang satu ini bisa dibilang paling rendah. Kemudian reksa dana pendapatan tetap merupakan investasi melalui instrumen efek utang yang memiliki komponen kupon yang secara berkala akan menambah nilai investasi dari reksadana ini secara keseluruhan. Investor tidak akan akan menerima pendapatan secara periodik namun akan menikmati pertumbuhan nilai dari reksa dana pendapatan tetap yang dimiliki.
Sementara itu saham merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular untuk jangka panjang. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.
Tentunya dari semua instrumen investasi di atas, saham dapat memberikan potensi imbalan keuntungan paling besar namun diimbangi risiko yang paling tinggi pula dibandingkan dengan instrumen lain. Meski begitu untuk jangka panjang instrumen ini masih memiliki potensi pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan instrumen lainnya.
Dari pilihan investasi tersebut alangkah baik bila kita bijak melihat kemampuan dana dan resiko yang kita ambil. Jadi, mau pilih jenis investasi yang mana? Aha