1
1

Waspada, Latte Factor Bisa Bikin Keuangan Kamu Boncos!

Ilustrasi. | Foto: Indonesia.go.id

Media Asuransi JAKARTA – Sudahkah Anda familiar dengan istilah latte factor? Pendapatan yang besar memang bisa memberi keleluasaan bagi seseorang untuk mengatur sesuai kebutuhan dan tujuan keuangan. Namun, tidak sedikit kalangan yang memiliki pendapatan cukup tetapi masih belum juga bisa menabung.

Bila ditelisik lagi, seringkali yang terjadi adalah kesulitan mengatur prioritas pengeluaran dan banyaknya ‘bocor halus’ dalam pengelolaan pengeluaran rutin. Dengan kata lain, masih banyak kalangan yang belum tahu cara mengelola keuangan yang tepat.

Dalam keuangan, hal ini dikenal dengan istilah latte factor. Ini adalah istilah yang pertama kali dikenalkan oleh seorang motivator finansial Amerika David Bach, merujuk pada kebiasaan orang di negeri Paman Sam itu yang nyaris selalu jajan kopi dalam perjalanan menuju kantor.

|Baca juga: Melonjak 65,44%, Adhi Karya (ADHI) Kantongi Laba Bersih Rp289,88 Miliar

Latte factor mungkin sudah disadari jebakannya akan tetapi masih diremehkan karena dinilai tidak signifikan memakan anggaran. Tapi, bila diakumulasikan, angkanya ternyata cukup besar dan sebenarnya bisa dialihkan untuk hal lain yang lebih produktif seperti menabung, investasi, dan perlindungan masa depan.

Ambil contoh pengeluaran beli kopi kekinian. Pengeluarannya mungkin memang tidak besar, anggaplah Rp20 ribu di Indonesia. Namun, karena dilakukan rutin setiap hari, lama-kelamaan nilainya ternyata cukup besar.

Coba Anda kalikan Rp20 ribu selama hari kerja maka didapatkan angka Rp400 ribu, lumayan kan? Bila Rp400 ribu itu Anda alihkan sebagai dana investasi di instrumen berimbal hasil enam persen per tahun, dalam setahun Anda bisa menabung sekitar Rp5 juta.

Bila Anda saat ini tengah mencoba cara mengelola keuangan dan mengatur lagi anggaran supaya bisa menabung dan menutup pengeluaran yang lebih prioritas, memerhatikan jebakan latte factor bisa menjadi langkah awal yang mudah. Dilansir dari laman Manulife, Minggu, 10 Maret 2024, berikut tips mudah yang bisa diterapkan:

Mencatat setiap pengeluaran

Cara mengelola keuangan yang pertama adalah dengan memerhatikan apa saja pengeluaran-pengeluaran kecil yang rutin Anda lakukan setiap hari. Misalnya dalam perjalanan ke kantor, mungkin Anda sering membeli air minum, tissue, juga kudapan ringan. Lalu, mungkin segelas kopi di kedai kopi wajib ada di meja kerja, daftarnya bisa terus memanjang. Setelah mendaftarnya, Anda bisa coba hitung perkiraan pengeluaran dalam sebulan untuk belanja barang-barang tersebut.

Mulai atur anggaran

Cara mengelola keuangan secara cermat bukan berarti bersikap pelit atau serba anti jajan. Dalam pengelolaan keuangan, yang lebih penting adalah memiliki prioritas dan menentukan batas anggaran supaya perencanaan finansial bisa berjalan sesuai target.

Siapkan alternatif substitusi

Anda sudah tahu apa saja pengeluaran kecil yang berpotensi membuat keuangan bocor halus. Selain itu, alokasi anggaran bulanan untuk menutup pengeluaran yang kecil dan ringan itu juga sudah ada. Nah, bagaimana supaya pengeluaran tersebut bisa tetap sesuai anggaran yang disediakan?

Anda bisa mencari substitusi yang lebih ekonomis atau dengan jurus khusus. Misalnya, mengganti pengeluaran air minum dalam kemasan dengan membawa air minum sendiri. Menurunkan anggaran jajan kopi kekinian dengan mengurangi frekuensi pembelian, memanfaatkan promo atau beralih ke kopi dengan harga lebih murah.

Alihkan hasil penghematan.

Upaya mengatur pengeluaran, membatasi anggaran dan menghemat belanja, akan terasa berat bila dilakukan tanpa tujuan yang jelas. Anda harus memiliki target yang jelas untuk apa kesemua langkah itu perlu dilakukan.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Fitch Ganjar Peringkat Shinhan Indo Finance AA Outlook Stabil
Next Post Mora Telematika Indonesia (Moratel) Diganjar Peringkat idA+ Prospek Stabil

Member Login

or