Media Asuransi, GLOBAL – Harga minyak dunia turun untuk sesi kedua berturut-turut pada akhir perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB). Pelemahan terjadi karena dolar menguat dan data pemerintah menunjukkan lonjakan mengejutkan dalam stok minyak mentah dan bensin AS.
Mengutip The Business Times, Kamis, 28 Maret 2024, minyak mentah berjangka Brent untuk Mei turun 16 sen atau 0,2 persen menjadi US$86,09 per barel. Sedangkan kontrak Juni yang lebih aktif diperdagangkan turun 22 sen menjadi US$85,41. Kontrak Mei berakhir pada Kamis waktu setempat.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Mei turun 27 sen atau 0,3 persen menjadi $81,35 per barel. Baik Brent maupun WTI berjangka berada di bawah tekanan jual sejak mencapai level tertinggi dalam lebih dari empat bulan pada minggu lalu.
|Baca juga: 4 Rekomendasi Saham dan Ramalan IHSG Hari Ini
Penguatan dolar AS membebani minyak, dengan indeks dolar AS menguat untuk sesi kedua berturut-turut. Meningkatnya mata uang AS membuat minyak dalam mata uang dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga mengurangi permintaan.
Harga emas global menguat
Di sisi lain, harga emas global bertahan kuat pada akhir perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB). Hal itu didukung oleh imbal hasil treasury AS yang lebih rendah, meskipun emas batangan diperdagangkan dalam kisaran yang sempit karena investor tetap menunggu isyarat lebih lanjut mengenai kebijakan Federal Reserve.
Harga emas di pasar spot stabil di $2,178.31 per ons pada pukul 01.25 GMT, setelah dua sesi mengalami kenaikan. Emas berjangka AS turun 0,1 persen menjadi US$2.173,70 per ounce. Sedangkan perak di pasar spot stabil di US$24,42 per ons, platinum naik 0,1 persen menjadi US$903,70, dan paladium turun 0,3 persen menjadi US$990,98.
Imbal hasil obligasi AS sedikit turun pada Selasa setelah permintaan yang kuat pada lelang obligasi lima tahun senilai US$67 miliar. Investor sekarang menantikan data indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi inti AS yang dirilis pada Jumat untuk mengukur kapan The Fed mungkin mulai menurunkan suku bunganya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News