1
1

OJK: Sektor Jasa Keuangan Stabil Didukung Permodalan yang Kuat

Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar (atas-tengah) bersama Dewan Komisioner OJK saat jumpa pers secara daring, 2 April 2024. | Foto: doc

Media Asuransi, JAKARTA – Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 27 Maret 2024 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional tetap terjaga stabil dengan kinerja intermediasi yang kontributif, didukung oleh likuiditas yang memadai dan tingkat permodalan yang kuat.

“OJK menilai saat ini kondisi perekonomian dan pasar keuangan global cukup kondusif yang secara umum lebih baik dari ekspektasi. Namun, perkembangan geopolitik global masih perlu terus dicermati seiring peningkatan ketegangan di Timur Tengah dan Ukraina,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, dalam jumpa pers secara daring, Selasa, 2 April 2024.

Dia jelaskan, kinerja ekonomi Amerika Serikat (AS) tercatat solid dan di atas ekspektasi,  sehingga inflasi masih cenderung sticky. The Fed pada FOMC Meeting Maret 2024 merevisi ke atas pertumbuhan ekonomi AS cukup signifikan diiringi kenaikan  perkiraan inflasi.

|Baca juga: Risiko Korupsi Masih Jadi Tantangan Penegakan Integritas Sektor Jasa Keuangan

Meski demikian, The Fed tetap mempertahankan rencana penurunan FFR sebesar 75bps di tahun 2024. Likuiditas di pasar diperkirakan juga akan lebih baik seiring rencana The Fed mengurangi laju quantitative tightening.

“Kebijakan akomodatif The Fed juga diikuti oleh ECB dan Bank of England (BOE) yang mengisyaratkan akan menurunkan suku bunga di 2024 dengan pasar memperkirakan ECB akan menurunkan suku bunga 125 basis points (bps) dan BOE sebesar 75 bps,” tutur Mahendra.

Langkah normalisasi juga dilakukan oleh Bank of Japan (BOJ) yang meninggalkan era suku bunga negatif, dengan menaikkan suku bunga sebesar 10 bps, pertama dalam 8 tahun terakhir.

Di China, rilis beberapa kinerja ekonomi seperti penjualan ritel, kenaikan impor, dan tingkat inflasi di atas ekspektasi pasar dengan kebijakan fiskal dan moneter tetap akomodatif.

“Dari sisi domestik, inflasi mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan harga pangan, namun inflasi inti terjaga stabil, menghentikan tren penurunan sejak akhir 2022. Hal ini diharapkan menjadi indikasi pemulihan permintaan ke depan,” tambahnya.

Mahendra Siregar menyampaikan bahwa indikasi awal pemulihan konsumsi domestik juga terlihat dari peningkatan impor barang konsumsi yang cukup signifikan pada Februari 2024. “Kinerja sektor manufaktur juga tercatat terus membaik. Namun demikian, perlu terus dicermati tren penurunan surplus neraca perdagangan seiring berlanjutnya kontraksi ekspor dan peningkatan kebutuhan impor,” jelasnya.

Editor: S. Edi Santosa

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Zurich Syariah Optimistis Autocillin Syariah dan Motopro Syariah Jadi Pilihan Pemudik
Next Post Premi Asuransi per Februari 2024 Tumbuh 10,88%

Member Login

or