Media Asuransi, JAKARTA – Harga emas hari ini menunjukkan kecenderungan menurun. Analisis dari Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer menyebutkan salah satu faktor utama yang memengaruhi penurunan harga emas adalah situasi di Timur Tengah, khususnya konflik antara Iran dan Israel.
Fischer mengatakan Iran telah menghentikan serangannya sebagai respons terhadap serangan kepada Kedutaan Iran di Suriah yang dilakukan oleh Israel. Meskipun Iran hanya menyerang Israel sebagai balasan atas insiden tersebut, namun tindakan ini dapat menimbulkan ketegangan yang lebih besar di kawasan tersebut.
“Ada kekhawatiran bahwa eskalasi lebih lanjut dari konflik ini dapat mengakibatkan perang dunia ketiga, yang dapat memengaruhi pasar global secara keseluruhan,” ujar Fischer, dalam keterangan resminya, Kamis, 18 April 2024.
Ia juga menyoroti harga emas telah mencapai titik tertinggi baru-baru ini, yang menunjukkan kemungkinan penurunan harga dalam jangka pendek. Hal ini sejalan dengan analisis tren dan analisis candlestick yang menunjukkan kecenderungan penurunan.
|Baca juga: Kinerja Bursa Komoditas Berjangka Cerah saat Konflik Iran–Israel Memanas
Dalam rangkuman harga emas hari ini, emas (XAU/USD) mengalami penurunan selama sesi AS. Pada Divisi Comex New York Mercantile Exchange, emas untuk penyerahan Juni diperdagangkan pada US$2,00 per troy ons pada waktu penulisan, menurun 0,80 persen. Emas kemungkinan mendapat support di US$2.340,20 dan resisten pada US$2.448,80.
Selain itu, pergerakan indeks dolar AS berjangka memainkan peran penting dalam dinamika harga emas. Indeks dolar AS berjangka, yang memantau kinerja greenback versus enam mata uang utama lainnya, mengalami penurunan sebesar 0,25 persen, yang dapat memengaruhi permintaan terhadap emas sebagai safe haven.
Adapun harga emas saat ini mengalami penurunan, yang dipengaruhi oleh situasi geopolitik yang antara Iran dan Israel. Meskipun ada penghentian sementara dari serangan oleh Iran, namun potensi konflik lebih lanjut masih menggantung, yang dapat memengaruhi harga emas di masa depan.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News