Media Asuransi, JAKARTA – Infovesta Utama merekomendasikan investor dapat melakukan aksi buy on weakness ketika indeks terkoreksi. Sedangkan pada obligasi, saat ini masih menjadi waktu yang tepat untuk mengoleksi SUN. Investor dapat mengurangi porsi tenor jangka pendek dan menambah porsi tenor menengah hingga panjang.
Melalui Weekly Mutual Funds Update yang dikutip, Selasa, 30 April 2024, Tim Riset Infovesta memaparkan dalam sepekan terakhir kinerja IDX Composite (IHSG) bergerak bearish sebesar -0,72% ke level 7.036,08. Investor asing mencatat jual bersih Rp4,49 triliun di seluruh pasar.
Sektor barang baku (-3,37%) mencatat penurunan terbesar. Dari sisi emiten, top market laggards dicatatkan oleh BBRI (-8,44%), TLKM (-3,81%), dan MDKA (-10,36%). Melemahnya mayoritas harga komoditas dan masih berlanjutnya aksi jual investor asing memicu terkoreksinya pergerakan pasar IHSG. Ketidakpastian pasar domestik kembali meningkat setelah pelaku pasar menunggu hasil sidang Mahkamah Konstitusi (MK) untuk membacakan putusan sengketa hasil Pemilihan Presiden 2024 (22/4).
|Baca juga: Investor Disarankan Berinvestasi di Reksa Dana Indeks Infobank 15, Berikut Alasannya!
Hasil sidang MK memutuskan untuk menolak banding yang diajukan oleh paslon 01 (Ganjar-Mahmud) dan paslon 03 (Anies-Amin). Hal ini mengkonfirmasi perputaran Pilpres hanya dilakukan satu kali.
Selain itu, pada Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDGBI) terbaru, Bank Indonesia secara tidak terduga kembali menaikkan level suku bunga BI rate sebesar 25 bps ke level 6,25%. Langkah Bank Indonesia menaikkan level BI Rate sebagai langkah untuk menjaga nilai tukar rupiah terhadap dollar (AS) tetap berada di level psikologisnya. Tekanan eksternal terutama konflik geopolitik yang masih berlanjut dan melebar, serta level inflasi terutama dari AS yang masih belum terkendali, memicu volatilitas kurs rupiah yang sempat menyentuh level tertingginya ke level Rp16.330/USD dalam empat tahun yang lalu.
Sentimen dari domestik, rilis data neraca perdagangan Indonesia mencatatkan peningkatan surplus sebesar US$4,47 miliar pada April 2024 (vs US$0,83 miliar Maret 2024), peningkatan surplus dipicu oleh laju pertumbuhan ekspor yang membaik sebesar -4,19% YoY (vs -9,60% YoY Februari 2024) dan terjadi penurunan impor sebesar -12,76% YoY (vs 15,84% YoY Februari 2024). Peningkatan surplus pada neraca perdagangan berkontribusi terhadap daya topang cadangan devisa yang mencerminkan masih cukup tangguh.
|Baca juga: MAMI Sarankan Investor Berhati-hati Mengantisipasi Kebijakan The Fed
Sentimen dari global, People’s Bank of China (PBoC) kembali menahan suku bunga pinjaman tetap di level rendah (1 years: 3,45%; 5 years: 3,95%). Langkah Dovish PBoC untuk mendorong pertumbuhan ekonomi China terutama pada sektor properti. Sentimen dari AS, rilis data pertumbuhan ekonomi AS tumbuh melambat sebesar 1,6% YoY pada Q1 2024 (vs 3,4% YoY Q4’23) dan dibawah konsensus pasar. Perlambatan laju pertumbuhan ekonomi AS direspon positif oleh pelaku pasar.
Sedangkan pada pasar obligasi, Infovesta Gov. Bond Index turun -0,40% ke level 10.125,15. Sentimen pasar obligasi domestik, Bank Indonesia yang kembali menaikkan BI Rate dluar ekspektasi pasar menjadi sentimen negatif untuk pasar.
Di sisi lain, tertekannya pasar obligasi domestik dibayang-bayangi oleh pergerakan yield UST-10yr yang sempat menyentuh level tertinggi di 4,70%. Rilis data klaim pengangguran AS terbaru turun ke 207.000 dan rilis indeks harga PCE kuartalan tetap kuat (Q1’24: 3,4% vs Q4’23: 2%). Pelaku pasar menurunkan ekspektasinya yakni hanya memperkirakan terjadi 1x penurunan FFR di tahun 2024 antara periode September hingga Desember 2024.
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News