1
1

Howden: Kekhawatiran Risiko Siber Kembali Duduki Peringkat Atas untuk Manajer Risiko

Ilustrasi. | Foto: Freepik

Media Asuransi, GLOBAL – Laporan ‘Membingkai Ulang Risiko Siber: Menavigasi Ancaman dan Merangkul Peluang’ dari Howden Re menyebutkan imbalan yang ditawarkan dalam reasuransi siber biasanya lebih diremehkan dibandingkan dengan eksposur terhadap bencana alam.

“Risiko siber secara konsisten menduduki peringkat teratas dari kekhawatiran para manajer risiko. Agar tetap relevan dengan para pembeli asuransi, sebagai sebuah industri, sangat penting bagi kami untuk merangkul kelas bisnis ini,” kata Kepala Global Siber Howden Re Luke Foord-Kelcey, dikutip dari Insurance Business, Senin, 13 Mei 2024.

“Laporan ini mengidentifikasi bagaimana perusahaan asuransi dapat menilai minat mereka terhadap kelas bisnis siber untuk memastikan bahwa mereka mengenali sejauh mana peluang yang ada dalam konteks pemahaman yang lebih menyeluruh tentang risiko,” kata Luke Foord-Kelcey.

|Baca juga: Menkeu Sampaikan Hal Ini saat Hadiri Rangkaian Pertemuan Tahunan ADB

Laporan tersebut menemukan bahwa perusahaan-perusahaan besar memiliki jumlah risiko bencana alam yang tidak proporsional dibandingkan dengan risiko siber. Perusahaan-perusahaan yang memiliki neraca keuangan yang lebih kecil lebih terekspos pada dunia maya sebagai persentase dari bauran bisnis.

“Matangnya pasar siber membutuhkan kalibrasi ulang yang cermat tentang bagaimana risiko siber ditanggung. Transisi diperlukan dari melihat ancaman siber melalui lensa bencana, dan sebaliknya mengenali keunggulan kompetitif yang diperoleh melalui analisis risiko yang lebih bernuansa dan terinformasi,” kata Kepala Analisis Industri dan Penasihat Strategis Howden Re David Flandro.

Miliki profil pengembalian risiko

Melalui laporan tersebut, Howden Re menyimpulkan bahwa perusahaan reasuransi akan dapat memiliki profil pengembalian risiko yang lebih menguntungkan dan terdiversifikasi dari penjaminan reasuransi siber jika ada investasi berkelanjutan dalam keahlian, pemodelan, dan analisis.

“Berinvestasi dalam keahlian khusus siber dan memanfaatkan model risiko yang telah disempurnakan merupakan kunci untuk menavigasi kompleksitas ancaman siber secara efektif,” ujar Foord-Kelcey.

“Pendekatan ini tidak hanya akan mengubah kerentanan yang dirasakan menjadi keunggulan kompetitif, tetapi juga memungkinkan klien kami untuk memanfaatkan sepenuhnya peluang yang berkembang di lanskap digital saat ini,” pungkas Foord-Kelcey.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Alfamidi (MIDI) Terus Menambah Jumlah Gerai
Next Post FIFGROUP Peroleh Penghargaan The Best CSR in Finance Sector 2024

Member Login

or