Media Asuransi, JAKARTA – Situasi global masih dibayang-bayangi oleh tensi geopolitik yang cenderung meningkat karena agresi militer Israel ke Rafah Palestina dan perang Rusia-Ukraina yang belum reda, yang berisiko menciptakan spill over bagi ekonomi dunia, menimbulkan kerentanan pada rantai pasok, dan berakibat pada fluktuasi harga komoditas dunia.
Selain itu, penundaan penurunan suku bunga The Fed mengonformasi kebijakan higher for longer. “Di tengah dinamika tersebut, kondisi ekonomi Indonesia masih baik,” kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, saat memberikan keterangan pada Konferensi Pers APBN KiTa, dikutip dari keterangannya, Rabu, 29 Mei 2024.
|Baca: Laba Manulife Indonesia Melonjak 225%
Menkeu mengatakan pada April 2024, neraca perdagangan masih melanjutkan tren surplus, inflasi terkendali di 3,0 persen dan ekonomi tumbuh menguat mencapai 5,11 persen. Pertumbuhan yang solid ini berdampak positif pada penurunan tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan yang kini berada di bawah level sebelum pandemi.
“Dengan pertumbuhan dan kinerja yang relatif terjaga, meskipun guncangan global sangat besar, kita lihat beberapa indikator pertumbuhan dan pembangunan cukup positif. Tingkat pengangguran kita terus menurun dari yang pernah mengalami kondisi puncak waktu pandemi 6,26 persen sekarang di bawah lima persen yaitu 4,82 persen,” ucapnya.
“Dan jumlah penganggurannya juga turun ke 72 juta. Untuk tingkat kemiskinan juga kita melihat level kemiskinan kita mengalami penurunan di 9,36 persen. Dan untuk kemiskinan ekstrem diharapkan akan terus mengalami penurunan lebih tajam pada 2024, yaitu mendekati nol,” tambah Menkeu.
Terjaga positif
Kinerja APBN hingga April 2024 masih tetap terjaga positif. Pendapatan negara telah terkumpul sebesar Rp924,9 triliun atau 33,0 persen dari target. Dari pendapatan negara yang terkumpul ini kemudian dibelanjakan untuk program pemerintah yang bermanfaat bagi masyarakat.
Hingga akhir April 2024, realisasi belanja negara tercatat hingga Rp849,2 triliun, naik sebesar 10,9 persen dari tahun lalu. Sehingga, APBN tercatat surplus sebesar Rp75,7 triliun (0,33 persen dari PDB). Realisasi pembiayaan hingga 30 April 2024 sebesar Rp71,7 triliun. Angka turun signifikan sebesar 68,3 persen dari tahun lalu yang mencapai Rp224,4 triliun.
Situasi pasar keuangan dan surat berharga domestik dipengaruhi situasi global yang sangat dinamis. Karena itu pemerintah tetap mengelola strategi pembiayaan secara prudent, fleksibel, dan oportunistik supaya bisa memilih timing, tenor, currency, dan instrument untuk mendapatkan strategi pembiayaan yang paling efisien dan optimal dan menjaga keandalan APBN.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News