1
1

Investor Bisa Buy on Weakness Saham Big Caps yang Alami Koreksi

Bursa Efek Indonesia. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Infovesta Utama merekomendasikan dalam sepekan ke depan, pada pasar saham, investor dapat melakukan aksi buy on weakness pada beberapa saham big caps yang mengalami koreksi di antaranya pada sektor perbankan dan memanfaatkan momentum dividen.

Sedangkan pada obligasi, saat ini masih menjadi waktu yang tepat untuk mengoleksi SUN. Investor dapat menambah porsi tenor jangka pendek sebagai langkah antisipasi risiko

Melalui Weekly Mutual Funds Update dikutip, Senin, 3 Juni 2024, Tim Riset Infovesta memaparkan dalam sepekan terakhir kinerja IHSG turun signifikan sebesar -3,48% ke level 6.970,74 poin. Penurunan indeks dipicu setelah Bursa efek Indonesia (BEI) mengumumkan emiten Prajogo Pangestu yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN)sebagai salah satu market cap terbesar IHSG masuk ke Papan Pemantauan Khusus (PPK) full call auction. Harga saham BREN turun sebesar -18,77% atau Rp 8.225/shares sejak masuk kedalam PPK.

Di sisi lain, masih derasnya aksi jual investor asing tercatat Rp1,39 triliun menjadi sentimen negatif untuk IHSG. Sentimen dari domestik, rilis data uang beredar (M2) melambat di level 6,9% YoY pada April 2024 (vs 7,2% YoY pada Mar’24). Penurunan laju pertumbuhan uang beredar tergolong wajar mengingat BI kembali melakukan pengetatan moneter.

|Baca juga: Investor Bisa Buy on Weakness Saham Big Caps

Perlambatan pertumbuhan uang beredar berdampak pada pertumbuhan dana pihak ketiga dengan laju pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dari laju pertumbuhan dana pihak ketiga membuat tingkat loan to deposit ratio di perbankan menjadi terus meningkat. Perlambatan laju pertumbuhan uang beredar juga akan mencerminkan laju pertumbuhan daya beli masyarakat.

Sentimen dari global, dari China rilis data earnings growth industri secara keseluruhan tumbuh sebesar +4,3% YoY atau tercatat CNY 2,09 triliun pada April 2024. Upaya pemerintah China untuk mendorong pemulihan ekonomi tetap berlanjut di tengah tantangan pemulihan permintaan domestik terutama terhadap sektor properti dan risiko deflasi.

Sedangkan dari AS, rilis laju pertumbuhan ekonomi AS tumbuh melambat pada kuartal I/2024 sebesar 1,6% YoY (vs 3,4% YoY Q4’23). Penurunan laju pertumbuhan ekonomi AS disebabkan oleh perlambatan belanja konsumen. Hal ini, direspons positif oleh pelaku pasar mengingat laju pertumbuhan ekonomi AS dalam beberapa kuartal sebelumnya tetap tangguh meskipun the Fed telah menahan suku bunga FFR di level tinggi dan ekspektasi terhadap level inflasi diharapkan terus melambat.

Pada pasar obligasi, Infovesta Gov. Bond Index turun -0,01% ke level 10.237 poin. Sejalan dengan Yield SUN-10y naik sebesar 8,7 bps ke level 7,03% dan Yield US10y naik 5,2 bps ke level 4,50%. Sentimen penggerak pasar obligasi dipengaruhi oleh sentimen sikap wait & see investor jelang rilis data indeks PCE pada Jumat malam (31/5) diproyeksi di level 2,7% YoY pada Mei 2024 dan tidak ada penurunan level laju PCE.

“Mengingat indeks PCE merupakan tolak ukur inflasi dasar yang disukai The Fed, hal ini kembali meningkatkan skeptis pelaku pasar terhadap kapan berlangsungnya pemangkasan FFR. Pasar menilai pemangkasan FFR sebanyak 1x pada tahun 2024 ini.”

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Blok Rokan 100% Dikelola Pertamina, Jokowi: Produksi Meningkat Signifikan!
Next Post Dalam 6 Bulan, Jumlah Nasabah Bank Saqu Tembus 1 Juta

Member Login

or