Media Asuransi, JAKARTA – Perekonomian manufaktur Indonesia terus membaik pada bulan Mei 2024, mendorong perolehan output dan permintaan baru. Namun, pertumbuhan menurun dibandingkan dengan bulan-bulan terakhir, kepercayaan diri turun ke posisi terendah dalam waktu lebih dari empat tahun.
Headline Purchasing Manager’s Index™ (PMI®) Manufaktur Indonesia dari S&P Global yang disesuaikan secara berkala menunjukkan perbaikan kondisi pengoperasian selama 33 bulan berturut-turut pada bulan Mei. Tingkat pertumbuhan solid meski PMI turun ke titik 52,1 dari 52,9 pada bulan April, mengarah pada perlambatan ekspansi sejak bulan November.
Output dan permintaan baru melambat pada periode survei bulan Mei, meski tingkat pertumbuhan masih tergolong sehat dan di atas tren jangka panjang. Panelis melaporkan bahwa permintaan pasar menunjukkan sinyal positif meski didominasi oleh domestik.
Pesanan ekspor baru turun selama tiga bulan berturut-turut menyoroti perlambatan berkelanjutan pada permintaan manufaktur global. Akibatnya, permintaan baru secara umum naik ke posisi terendah selama enam bulan.
|Baca juga: Menperin Optimistis PMI Manufaktur Indonesia Lanjutkan Ekspansi di 2024
Dengan produksi naik lebih cepat dari permintaan baru pada bulan Mei, perusahaan dapat membangun inventaris lebih lanjut. Data terkini menunjukkan bahwa stok barang jadi naik pada laju terkuat selama 16 bulan dalam empat bulan berturut-turut meski tergolong sedang.
Akan tetapi, penumpukan pekerjaan naik meski pada tingkat marginal dan terendah sejak bulan Februari. Tentang ketenagakerjaan, perusahaan mungkin berhati-hati terkait jumlah tenaga kerja, beberapa perusahaan memutuskan untuk tidak mengganti staf yang berhenti. Secara umum, tingkat susunan staf menurun selama dua bulan berturut-turut (meski hanya sedikit). Ketidakpastian tentang perkiraan mendatang juga membebani perekrutan.
Sentimen masih bertahan positif di tengah harapan kenaikan penjualan dan persyaratan produksi pada tahun mendatang. Akan tetapi, secara keseluruhan kepercayaan diri di titik terendah selama survei sejak bulan Maret 2020. Muncul kekhawatiran bahwa tanda-tanda penurunan permintaan pasar akan semakin intensif dalam 12 bulan ke depan. Perusahaan kurang berhati-hati dalam hal aktivitas pembelian, yang terus tumbuh dengan kecepatan tinggi pada bulan Mei.
Pertumbuhan pada dasarnya untuk menanggapi produksi saat ini dan kebutuhan pesanan, sekaligus sengaja untuk mengurangi inventaris input. Stok pembelian secara umum naik kembali pada bulan Mei, naik selama lima belas bulan berturut-turut dan pada laju solid.
|Baca juga: Ekspansi Manufaktur ASEAN pada April 2024 Menurun
Terakhir, dari segi harga, manufaktur Indonesia kembali melaporkan bahwa inflasi harga input menguat. Panelis melaporkan bahwa harga input secara umum naik, sebagian disebabkan oleh nilai tukar yang buruk. Pemasok menaikkan tarif, meski hal ini terjadi bersamaan dengan sedikit perbaikan pada kinerja pengiriman mereka (peningkatan kedua dalam tiga bulan).
Namun permintaan pasar dan permintaan diskon terbatas pada besaran inflasi biaya input yang dapat dibebankan kepada klien. Data terkini menunjukkan kenaikan sedang pada biaya output pada bulan Mei, dengan inflasi menurun ke posisi terendah sejak bulan Oktober.
Paul Smith, Economics Director S&P Global Market Intelligence, mengatakan data survei bulan Mei menunjukkan kinerja solid sektor manufaktur, didorong oleh perolehan output dan permintaan baru. Permintaan pasar bertahan positif, meski sebagian besar didukung oleh klien domestik karena manufaktur global terus menunjukkan penurunan kinerja untuk permintaan ekspor baru.
“Meski pertumbuhan bertahan positif, terlihat tanda-tanda akan memburuk. Tingkat pertumbuhan secara umum rendah, sementara kepercayaan diri turun ke posisi terendah selama lebih dari empat tahun. Tekanan biaya juga naik. Dapat dipahami bahwa perusahaan berhati-hati terhadap jumlah tenaga kerja dengan menunggu dan melihat daripada mengganti staf yang berhenti,” katanya dalam keterangan resmi dikutip, Selasa 4 Juni 2024.
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News