1
1

Upaya Bank DBS Indonesia Lawan Kejahatan Finansial dan Lindungi Data Nasabah

Gedung Bank DBS Indonesia. | Foto: Bank DBS Indonesia

Media Asuransi, JAKARTA – Sebagai bank yang digerakkan oleh tujuan positif, Bank DBS Indonesia berkomitmen untuk senantiasa menjaga kepercayaan nasabah, termasuk soal keamanan bertransaksi.

Presiden Direktur PT Bank DBS Indonesia, Lim Chu Chong, menyampaikan bahwa perusahaan menerapkan berbagai teknologi untuk memastikan adanya lingkungan perbankan digital yang aman, termasuk menghadirkan ‘Behind The Scam’ untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan beragam kejahatan keuangan di sekitar kita.

“Melalui berbagai upaya ini, diharapkan nasabah dapat menikmati layanan perbankan yang aman, nyaman, dan menyenangkan, sesuai dengan prinsip ‘Live more, Bank less’ yang kami miliki,” kata Lim Chu Chong dalam keterangan resmi, Senin, 10 Juni 2024.

Berdasarkan data dari International Monetary Fund (IMF) tahun 2020, estimasi total kerugian rata-rata tahunan akibat serangan siber yang dialami sektor jasa keuangan secara global mencapai US$100 miliar atau lebih dari Rp1.433 triliun. Selain itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun yang sama memprediksi bahwa jumlah pencucian uang mencapai nilai Rp29.000 triliun setiap tahun.

|Baca juga: Bank DBS Indonesia Dukung UMKM Perempuan Lewat PT Permodalan Nasional Madani

Salah satu modus penipuan yang kerap didapati adalah social engineering, yakni seorang hacker memanipulasi korbannya untuk memberikan kata sandi atau informasi bank, bahkan secara diam-diam memasang (install) perangkat lunak berbahaya di komputer korban untuk mendapatkan kendali atas perangkat tersebut. Setelah mendapatkan akses, hacker akan mengambil mencuri identitas korban hingga menguras tabungan.

Memahami tantangan tersebut, Bank DBS Indonesia mengadakan Financial Crime Seminar 2024 yang bertema “Menavigasi Risiko Kejahatan Keuangan di Sektor Perbankan”. Acara dihadiri oleh Presiden Direktur PT Bank DBS Indonesia, Lim Chu Chong, Direktur Kepatuhan PT Bank DBS Indonesia, Imelda Widjaja, Deputi Direktur Otoritas Jasa Keuangan (OJK), R Rinto Teguh Santoso, Deputi Bidang Pelaporan dan Pengawasan Kepatuhan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Fithriadi Muslim, Tenaga Ahli Kepala PPATK, Judith LR Panggabean, dan Executive Director Deloitte Forensic Services, Doddy Ashraf Zulma yang menyampaikan pandangannya terkait penanganan kejahatan keuangan di sektor perbankan.

Judith LR Panggabean memaparkan bahwa dari seluruh Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) Proaktif pada Februari 2021-Maret 2024, 45 persen merupakan kasus penipuan dan lima persen berasal dari transaksi perbankan.

Laporan ini bermula dari red flag, sebuah penanda apabila ditemukan transaksi atau aktivitas yang tidak wajar, yang ditemukan dalam proses identifikasi, verifikasi, dan pemantauan transaksi. Red flag kemudian dianalisis dan dilaporkan ke PPATK dalam bentuk LTKM.

Perbankan memainkan peran krusial dalam menjadi garda terdepan untuk mengatasi kejahatan keuangan. Salah satu caranya adalah dengan mengelola hubungan dengan calon dan pengguna jasa dengan menerapkan PMPJ, termasuk memutus hubungan jika ditemukan identitas palsu, penolakan pada tahap PMPJ, pengkinian profil, pemantauan transaksi, hingga pelaporan.

Editor: S. Edi Santosa

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Kinerja Pasar Asuransi di Bermuda Cerah, Berikut Penyebabnya!
Next Post Otoritas Asuransi Hong Kong Imbau Masyarakat Waspada Penipuan Polis

Member Login

or