1
1

Harga Minyak Dunia Naik Didukung Rilis Proyeksi OPEC

Ilustrasi. | Foto: Freepik

Media Asuransi, GLOBAL – Harga minyak dunia naik tipis pada akhir perdagangan Kamis waktu setempat (Jumat pagi WIB) dalam perdagangan naik-turun. Kenaikan itu didukung oleh perkiraan OPEC mengenai pertumbuhan permintaan dan data yang menunjukkan pasar tenaga kerja AS melemah serta melambatnya inflasi.

Mengutip The Business Times, Jumat, 14 Juni 2024, minyak mentah berjangka Brent ditutup pada US$82,75 per barel, naik 15 sen atau 0,2 persen. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS menetap pada US$78,62 per barel, naik 12 sen, atau 0,2 persen. Kedua tolok ukur tersebut telah naik hampir satu persen di sesi sebelumnya.

Komentar baru Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) juga membantu meningkatkan harga minyak mentah. “Organisasi memperkirakan permintaan akan tumbuh hingga 116 juta barel per hari pada 2045, dan mungkin lebih tinggi,” kata Sekretaris Jenderal OPEC Hathaim Al Ghais.

Hal itu dikatakan dalam sebuah teguran atas laporan Badan Energi Internasional (IEA) yang memperkirakan puncak konsumsi minyak pada 2029. Al Ghais, dalam tulisannya di Energy Aspects, menyebut laporan IEA sebagai komentar berbahaya, terutama bagi konsumen, dan itu hanya akan menyebabkan volatilitas energi dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.

|Baca juga: 4 Rekomendasi Saham Layak Koleksi saat IHSG Terus Merana

Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan indeks harga produsen (PPI) untuk permintaan akhir turun 0,2 persen secara bulanan di Mei. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan kenaikan sebesar 0,1 persen. Data terpisah menunjukkan klaim pengangguran awal mingguan melebihi perkiraan dan mencapai level tertinggi dalam 10 bulan.

Sedangkan The Fed mempertahankan suku bunga dan menunda proyeksi dimulainya pelonggaran kebijakan hingga Desember. Dalam konferensi pers setelah pertemuan kebijakan dua hari bank sentral AS berakhir, Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan inflasi telah turun tanpa memberikan pukulan besar terhadap perekonomian.

“Komentar Powell yang menyiratkan tidak adanya kerangka waktu pasti untuk penurunan suku bunga tampaknya memberikan tekanan tambahan pada sektor energi,” pungkas Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Golden Harvest Cocoa Indonesia Ditetapkan dalam PKPU Sementara
Next Post AASI Gelar Rapat Anggota Tahunan 2024

Member Login

or