1
1

Fitch Tarik Peringkat Agung Podomoro, Ini Alasannya

PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) adalah salah satu perusahaan real estat terbesar di Indonesia. | Foto: tangkapan layar Agung Podmoro Land

Media Asuransi, JAKARTA – Fitch Ratings telah menarik Peringkat Jangka Panjang Issuer Default Rating (IDR) pengembang PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) di ‘CCC-‘.

“Fitch telah menarik peringkat tersebut karena emiten tersebut memilih untuk berhenti berpartisipasi dalam proses pemeringkatan,” tulis Fitch dalam keterangan resmi dikutip, Kamis, 18 Juli 2024.

Oleh karena itu, Fitch tidak lagi memiliki informasi yang cukup untuk mempertahankan peringkatnya. “Oleh karena itu, Fitch tidak lagi memberikan peringkat atau cakupan analitis untuk APLN.”

Dalam pemeringkatan terakhirnya, Fitch Ratings telah menaikkan Peringkat Jangka Panjang Issuer Default Rating (IDR) milik pengembang PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) menjadi ‘CCC-‘, dari ‘CC’, menyusul pelunasan uang kertas dolar AS pada 2 Juni 2024.

|Baca juga: Agung Podomoro (APLN) Cetak Laba Bersih Rp346,2 Miliar pada Kuartal I/2024

“Kenaikan peringkat mencerminkan pandangan Fitch mengenai berkurangnya likuiditas dan tekanan pembiayaan kembali dalam 12-18 bulan ke depan. Profil jatuh tempo utang APLN telah diperpanjang melalui refinancing surat utang dolar AS dengan pinjaman bank terjamin yang akan jatuh tempo pada Januari 2027,” tulis Fitch dalam keterangan resmi dikutip, Kamis, 13 Juni 2024.

Namun demikian, jelas Fitch, lemahnya likuiditas APLN diperburuk oleh perkiraan Fitch mengenai arus kas bebas (FCF) yang negatif. APLN dapat memilih untuk menambah hutang atau menjual aset untuk mendanai amortisasi.

APLN telah melunasi obligasi senilai US$132 juta yang jatuh tempo pada 2 Juni 2024 dengan pinjaman bank yang jatuh tempo pada Januari 2027, sehingga mengurangi tekanan pembiayaan kembali dalam waktu dekat.

|Baca juga: Agung Podomoro Gandeng BRI dan BTN untuk Program KPR/KPA

“Namun, kami memperkirakan persyaratan pembayaran utang akan meningkat karena biaya pinjaman bank, sebesar 10,25 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kupon obligasi sebesar 5,95 persen. Meski demikian, APLN tidak lagi terkena biaya lindung nilai dan risiko nilai tukar mata uang asing,” tuturnya.

Pra-penjualan bersih konsolidasi tetap datar

Fitch memperkirakan pra-penjualan bersih konsolidasi pada 2024 akan tetap datar (2023: Rp1,2 triliun), karena risiko lebih lanjut dari pembatalan pra-penjualan atau penundaan peluncuran proyek baru. Pra-penjualan pada kuartal I/2024 meningkat sekitar 95 persen yoy pada penjualan satu kali, yang menyumbang sekitar 25 persen dari penjualan pemasaran. Tidak termasuk penjualan satu kali, pra-penjualan pada kuartal I/2024 berjumlah sekitar Rp355 miliar, meningkat 46 persen yoy dari harga dasar yang rendah.

|Baca juga: MDRT Day Indonesia 2024 Dorong Agen Asuransi Jiwa Bersaing di Pasar Global

“Kami memperkirakan FCF akan menjadi negatif pada 2024 sebesar Rp380 miliar (2023: Rp849 miliar) karena penjualan yang datar dan beban bunga yang lebih tinggi. APLN akan memerlukan pembiayaan eksternal atau penjualan aset untuk menutupi kebutuhan amortisasi sekitar Rp500 miliar hingga Rp700 miliar per tahun mulai 2024, dan modal kerja,” ucapnya.

Perusahaan masih memiliki utang yang jatuh tempo dalam jumlah besar sebesar Rp2,95 triliun yang akan jatuh tempo pada Januari 2027 bahkan setelah profil jatuh tempo utangnya diperpanjang.

Editor: Achamd Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Analisis Saham MNC Sekuritas untuk Jemput Rezeki: ARTO, BBNI, ICBP, dan SMGR
Next Post Market Brief: Wall Street Bervariasi, Nasdaq Catat Level Terburuk Sejak 2022

Member Login

or