Media Asuransi, GLOBAL – Laporan terbaru Swiss Re’s Resilience Index menyebutkan ketahanan asuransi global mengalami peningkatan atau tetap stabil di sektor bencana alam, gagal panen, kesehatan, dan kematian pada 2023.
Laporan ini mencerminkan fokus yang semakin besar pada peran asuransi dalam melindungi rumah tangga, pertanian, dan bisnis dari dampak kejadian tak terduga. Swiss Re mengungkapkan ada tanda-tanda positif dengan individu dan pembuat kebijakan di seluruh dunia semakin menyadari manfaat perlindungan asuransi yang lebih tinggi.
|Baca: Basuki: Pembangunan Kartasura-Klaten Tuntas di Akhir Agustus 2024
Dilansir dari laman Reinsurance News, Jumat, 26 Juli 2024, mereka juga mengambil langkah meningkatkan cakupan asuransi dan pada gilirannya ketahanan mereka. Ketahanan asuransi global tercatat stabil pada 58 persen pada 2023. Namun, kesenjangan perlindungan global terhadap bencana tersebut mencapai angka rekor baru yaitu US$1,83 triliun dalam istilah ekivalen premi.
Laporan tersebut juga mencatat kesenjangan perlindungan global meningkat sebesar 3,1 persen dalam istilah nominal dari US$1,77 triliun pada 2022. Kesenjangan ini telah tumbuh sebesar 3,6 persen per tahun sejak 2013, sejalan dengan tren pertumbuhan PDB nominal.
Adanya peningkatan
Dalam hal ketahanan bencana alam, Swiss Re melaporkan adanya peningkatan menjadi 25,7 persen pada 2023. Namun, meskipun ada proporsi tinggi badai konvektif parah, terutama di Amerika Serikat, yang relatif lebih diasuransikan dibandingkan dengan bencana lainnya, tiga perempat dari paparan bencana global tidak dilindungi oleh asuransi.
Kesenjangan perlindungan dalam hal ini mencapai US$385 miliar, naik sebesar 5,2 persen dari tahun ke tahun. Swiss Re mencatat perbaikan dalam ketahanan asuransi bencana alam global selama 10 tahun terakhir sebagian besar disebabkan oleh peningkatan ketahanan di pasar maju, yang naik menjadi lebih dari 38 persen pada 2023 dari sekitar 35 persen pada 2013.
Sementara itu, ketahanan asuransi di pasar berkembang masih sangat rendah, dengan banyak wilayah hampir sepenuhnya tidak terlindungi dari risiko bencana alam.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News