Media Asuransi, JAKARTA – Chief Economist Permata Bank Josua Pardede menyebutkan ada tiga faktor yang perlu dicermati terkait risiko ekonomi dunia dan industri jasa keuangan global. Kesemuanya patut diperhatikan agar tidak memberi dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia di masa mendatang.
“Kondisi global ada tiga faktor yang perlu dicermati. Pertama ekonomi China diperkirakan melambat di tahun depan,” kata Josua, dalam seminar Indonesia Economy & Financial Outlook 2025 bertajuk ‘Prospects of Economy, Capital Market, Banking, Multifinance, and Insurance Amid National Government Transition: Stronger Together‘, di Jakarta, Selasa, 19 November 2024.
|Baca juga: PFI Mega Life Luncurkan Board Game “Maen Do It” untuk Tingkatkan Finansial Literasi
|Baca juga: Jasindo Syariah Bukukan Pertumbuhan 100% di Lini Bisnis Asuransi Perjalanan Umrah
Ia menambahkan pada tahun ini ekonomi China diperkirakan tumbuh di bawah lima persen dan akan berlanjut di 2025. Kondisi tersebut perlu dicermati terkait pengaruhnya terhadap kinerja ekspor Indonesia. Pasalnya, lebih dari 20 persen ekspor Tanah Air diterbangkan ke China.
“Perlambatan ekonomi China ini tentu memengaruhi kinerja ekspor Indonesia,” kata Josua.
Kedua, risiko dari sisi kebijakan politik dan berkaitan dengan pemilu. Patut diketahui, pada 2024 bukan hanya di Indonesia yang melakukan pemilu tapi di beberapa negara lain melakukannya. Misalnya pemilu di India, Eropa, hingga Amerika Serikat (AS). Terkait di AS, Donald Trump yang kembali menang tentu patut menjadi perhatian tersendiri.
“Kita tahu semua pemenangnya meski belum dilantik adalah Donald Trump. Kebijakannya meng-copy sebagian besar kebijakan sebelumnya. Di antaranya adalah pemotongan pajak dan dari sisi tarif impor di China akan naik sehingga memberikan ketidakpastian,” tuturnya.
|Baca juga: Prudential Syariah Berpartisipasi dalam Indonesia Economy & Financial Outlook 2025
|Baca juga: OJK: Industri Asuransi Harus Tumbuh Bersama di 2025
Ketiga, ketidakapstian geopolitik. Konflik geopolitik belum selesai mulai dari perang Ukraina dan Rusia hingga antara Israel dan Iran. Kondisi ini memunculkan ketidakpastian. Belum lagi kemenangan Donald Trump yang berpotensi lebih mendukung Rusia dibandingkan dengan Ukraina.
“Kaitannya kepada geopolitik Timur Tengah yakni kalau Presiden AS Joe Biden cawe-cawe di Timur Tengah tapi Trump kecenderungannya tidak akan cawe-cawe di Timur Tengah. Tiga faktor ini yang harus diantisipasi terkait faktor global untuk dihadapi di masa mendatang,” pungkasnya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News