1
1

Permata Bank Gelar Wealth Wisdom 2024, Tingkatkan Literasi Nasabah Terkait Peluang Ekonomi di Era Kepemimpinan Baru

(kiri-kanan) Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, Chief Economist Permata Bank, Josua Pardede, CEO PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen, Lilis Setiadi. | Foto: Permata Bank

Media Asuransi, JAKARTA – Pemerintah Indonesia saat ini menargetkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi agar bisa menghindari middle income trap. Seperti yang diketahui, selama dua tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia selalu berkisar di angka lima persen year on year (yoy), yaitu 5,31 persen pada tahun 2022 dan 5,05 persen pada tahun 2023. Sedangkan hingga semester pertama tahun ini, ekonomi Indonesia tercatat tumbuh sebesar 5,08 persen yoy.

Sebagai bagian dari rangkaian acara tahunan Wealth Wisdom Jakarta 2024, Permata Bank menghadirkan sesi Wealth Class yang mengangkat tema “Seizing Economic Opportunities in the New Leadership Era”. Ini merupakan bentuk komitmen Permata Bank dalam memberikan wawasan bermanfaat bagi nasabah untuk bisa mendorong pertumbuhan bisnisnya di tengah kepemimpinan baru di Indonesia.

|Baca juga: Tekan Dampak Negatif terhadap Perekonomian, Permata Bank Wajibkan Indonesia Cermati 3 Risiko Ini

Direktur Consumer Banking Permata Bank, Djumariah Tenteram, menyampaikan bahwa Permata Bank memiliki aspirasi untuk bisa menjadi mitra tepercaya nasabah dan memiliki aspirasi untuk Growing Together bersama nasabah. “Melalui berbagai kelas yang kami selenggarakan dalam Wealth Wisdom, besar harapan kami nasabah akan mendapatkan wawasan yang dibutuhkan agar bisa melakukan navigasi secara optimal untuk menghadapi dinamika perekonomian baik di Indonesia maupun global. Sehingga mereka bisa lebih optimal dalam mengelola portofolio finansial, serta risiko dan peluang investasi di tengah perubahan yang terjadi,” jelasnya dalam keterangan resmi, Jumat, 22 November 2024.

Sesi Wealth Class kali ini menghadirkan sejumlah ahli baik di bidang ekonomi maupun politik. Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, menyoroti komposisi kabinet baru yang berjumlah 112 anggota, serta dampaknya terhadap kinerja pemerintahan Prabowo. Selain itu, Yunarto juga menekankan bahwa transisi kekuasaan kali ini mengusung semangat keberlanjutan, sehingga stabilitas politik dan ekonomi sepatutnya akan menjadi lebih baik. “Namun, ketidakpastian global dan dinamika internal akan tetap membayangi kebijakan ekonomi dan politik ke depannya,” katanya.

Sementara, Chief Economist Permata Bank, Josua Pardede, menyampaikan pandangannya mengenai proyeksi ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun ke depan. Dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan stabil di kisaran 5,1 persen pada tahun 2025, meskipun tantangan global tetap ada.

|Baca juga: Edukasi Pengelolaan Kekayaan untuk Nasabah, Permata Bank Gelar Wealth Wisdom 2024

Josua mencatat bahwa risiko global seperti perlambatan ekonomi China yang berkepanjangan, musim pemilihan umum di Indonesia dan AS pada tahun 2024, serta konflik geopolitik dapat memengaruhi stabilitas pasar keuangan. Di sisi domestik, ketidakpastian akibat transisi pemerintahan bisa menciptakan kebingungan mengenai arah kebijakan ekonomi untuk 2025 sehingga pelaku industri lebih memilih untuk melakukan pendekatan ‘wait and see’.

Selain itu, Josua juga menyoroti bahwa Indonesia mengalami deflasi bulanan terpanjang dan menghadapi risiko ‘twin deficit’, yang bisa mengurangi daya tarik pasar Indonesia bagi investor.

Sementara itu, CEO PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen, Lilis Setiadi,mengupas kinerja produk-produk reksa dana dalam satu tahun terakhir dan memberikan proyeksi pasar investasi di tahun 2025. Dalam kesempatan kali ini, Lilis membahas dampak penurunan suku bunga dan inflasi terhadap pasar, serta memberikan panduan bagi investor dalam menghadapi volatilitas pasar yang tinggi.

Dia menekankan bahwa obligasi dengan tenor panjang mungkin lebih berisiko dalam kondisi perekonomian yang belum stabil, mengingat suku bunga yang masih berpotensi tidak stabil dan fluktuasi nilai rupiah. Lilis menjelaskan bahwa yield obligasi bertenor panjang tidak signifikan dibandingkan dengan obligasi tenor pendek, sehingga meningkatkan risiko bagi investor.

Penyelenggaraan Wealth Wisdom 2024 kali ini mengusung format acara yang lebih intimate, private, dan eksklusif, dan menjangkau daerah-daerah potensial di Indonesia. Selain itu, Wealth Wisdom 2024 juga diselenggarakan di enam kota strategis seperti Semarang, Bandung, Pontianak, Surabaya, Medan, dan berakhir dengan konferensi pers di Jakarta. Dengan pilar “Elevate–Mitigate–Innovate”, Wealth Wisdom 2024 ingin membantu masyarakat Indonesia menumbuhkan kekayaan yang lebih menyeluruh, lebih dari sekadar aspek finansial.

Editor: S. Edi Santosa

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Prabowo dan Sekjen PBB Bahas Isu Global di KTT G20 Rio de Janeiro
Next Post Aon Luncurkan Inovasi Baru Bantu Perusahaan Kelola Risiko Siber

Member Login

or