Media Asuransi, GLOBAL – Fitch Ratings menilai Sri Lanka memiliki lingkungan regulasi sektor asuransi yang masih berkembang dengan transparansi terbatas. Negara ini juga memiliki salah satu tingkat penetrasi asuransi terendah di Asia.
Dalam laporan tersebut, Fitch menyebutkan, Komisi Regulasi Asuransi Sri Lanka atau Insurance Regulatory Commission of Sri Lanka telah memperkenalkan rezim modal berbasis risiko atau Risk Based Capital (RBC) pada 2015, yang mulai sepenuhnya diterapkan pada 2016.
|Baca juga: Abdul Ghofar Sah Jadi Preskom Tugu Insurance (TUGU)
|Baca juga: Pasar Asuransi Siber Global Diperkirakan Tembus US$97,3 Miliar di 2032
Dilansir dari laman Insurance Asia, Kamis, 12 Desember 2024, rezim ini mewajibkan perusahaan asuransi mempertahankan rasio RBC minimum sebesar 120 persen. Perusahaan dengan rasio di bawah 160 persen diwajibkan menyusun rencana untuk meningkatkan permodalan mereka.
Komisi tersebut juga mengatur pemisahan bisnis asuransi jiwa dan non-jiwa serta mewajibkan perusahaan asuransi mencatatkan sahamnya di bursa efek lokal. Namun, pengecualian diberikan kepada perusahaan asuransi yang induknya sudah terdaftar di bursa efek yang diakui.
Fitch mencatat pasar asuransi Sri Lanka masih didominasi produk-produk dasar baik pada segmen asuransi jiwa maupun non-jiwa.
Pada segmen non-jiwa, lebih dari setengah premi berasal dari asuransi kendaraan bermotor. Namun pembatasan impor kendaraan bermotor telah mendorong diversifikasi ke produk lain seperti asuransi kesehatan, kebakaran, properti, serta usaha kecil dan menengah.
Di segmen asuransi jiwa, polis tradisional seperti asuransi seumur hidup dan endowment masih menjadi pilihan utama. Sementara itu, permintaan terhadap polis perlindungan murni masih rendah dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya.
|Baca juga: Manulife Syariah Indonesia Siap Melayani Masyarakat Indonesia
|Baca juga: Resesi hingga Ledakan Inflasi Jadi Kekhawatiran Para Pemimpin Bisnis di G20
Laporan tersebut juga menyoroti bahwa pertumbuhan di sektor non-jiwa didukung oleh meningkatnya aktivitas konstruksi dan bertambahnya jumlah bisnis di Sri Lanka.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News