Media Asuransi, GLOBAL – Perusahaan asuransi diproyeksikan menghadapi volatilitas pendapatan yang berkelanjutan pada 2025, terutama akibat kerugian bencana seperti badai konvektif, banjir, dan kebakaran hutan. Hal ini disampaikan dalam laporan terbaru Howden berjudul ‘Past the Pricing Peak’.
Menurut Pendiri dan CEO Howden David Howden, perusahaan asuransi harus mengadopsi strategi baru untuk menghadapi tantangan ini. “Ketergantungan pada harga saja tidak lagi cukup. Awal dari siklus baru menghadirkan peluang segar, khususnya di bidang dunia maya dan energi terbarukan,” ujarnya, dikutip dari laman Insurance Asia, Rabu, 8 Januari 2025.
|Baca juga: Begini Respons Bos AAUI tentang Putusan MK soal Pasal 251 KUHD
|Baca juga: OJK: Perekonomian Global Tunjukkan Pemulihan Terbatas
Laporan tersebut mencatat pergeseran dalam sektor (re)asuransi setelah periode panjang kenaikan tarif. Pergeseran ini disebabkan oleh meningkatnya kapasitas reasuransi yang dapat dialokasikan dan dinamika pasar yang lebih kompetitif, yang menyebabkan penurunan tarif di beberapa area selama pembaruan reasuransi pada 1 Januari.
Permintaan reasuransi pada awal 2025 dipicu oleh pengalaman kerugian yang bergejolak, meningkatnya eksposur, dan model risiko yang diperbarui. Namun, surplus kapasitas yang ada juga melemahkan harga dan mendorong diferensiasi berdasarkan klien dan program.
Meskipun kompetisi memicu penurunan tarif di beberapa lini, namun risiko bencana tetap menjadi perhatian utama, sehingga perusahaan reasuransi memprioritaskan solusi yang disesuaikan dengan kebutuhan klien.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News