1
1

Rencana Emisi Obligasi Tower Bersama senilai Rp2,8 Triliun Diganjar Peringkat AA+

Ilustrasi Obligasi. | Foto: Freepick

Media Asuransi, JAKARTA – Fitch Ratings Indonesia telah menetapkan Peringkat Nasional Jangka Panjang ‘AA+(idn)’ untuk penerbitan obligasi sebesar Rp2,8 triliun dari PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBI, BBB-/AA+(idn)/Stabil).

Obligasi tersebut diperingkat sama dengan Peringkat Nasional Jangka Panjang TBI karena utang tersebut merupakan kewajiban senior tanpa jaminan dari perusahaan. Obligasi ini adalah penerbitan kelima dari program obligasi perusahaan sebesar Rp20 triliun.

Perusahaan menara independen yang berbasis di Indonesia ini akan menggunakan dana yang terhimpun dari penerbitan ini untuk membiayai kembali utang yang ada saat ini.

“Peringkat Nasional ‘AA’ menunjukkan ekspektasi tingkat risiko gagal bayar yang sangat rendah dibandingkan dengan emiten atau obligasi lain di negara atau serikat moneter yang sama. Risiko gagal bayar inheren hanya sedikit berbeda dari emiten atau obligasi dengan peringkat tertinggi di negara tersebut,” tulis Fitch dalam keterangan resmi dikutip, Rabu, 22 Januari 2025.

|Baca juga: Tower Bersama Infrastructure (TBIG) Bagi Dividen Interim Rp560,59 Miliar

Fitch memperkirakan TBI akan menjaga EBITDA net leverage di sekitar 5,0x di 2025 (9M24: 4,5x) dan menjaga ruang gerak yang cukup untuk menyerap efek dari potensi konsolidasi di industri telekomunikasi. Manajemen berkomitmen dengan target leverage yaitu net debt/EBITDA kuarter terakhir yang disetahunkan dibawah 5,0x, yang sesuai dengan EBITDA net leverage 5,1x-5,2x berdasarkan definisi Fitch.

“Kami memperkirakan tingkat pembaruan sewa TBI menjadi normal pada tahun 2025. Kami tidak mengasumsikan konsolidasi sektor telekomunikasi lebih lanjut dalam asumsi pemeringkatan kami, tetapi kami mengharapkan dampak dari potensi merger antara PT XL Axiata (XL, BBB/Rating Watch Negatif) dan PT Smartfren Tbk dapat dikelola mengingat kedua telko memiliki lebih sedikit sewa yang akan berakhir pada tahun 2025-2026 dibandingkan Indosat pada tahun 2022-2023. Kontrak sewa menara di Indonesia biasanya tidak dapat dibatalkan sebelum berakhir.”

|Baca juga: Tower Bersama Infrastructure (TBIG) Siapkan Dana untuk Lunasi Obligasi Jatuh Tempo

Menurut Fitch, industri menara telekomunikasi Indonesia telah terkonsolidasi menjadi oligopoli dengan tiga perusahaan menara mengontrol lebih dari 80% menara di pasar dan kami memperkirakan struktur pasar menara tetap stabil. Operator menara lainnya memiliki skala yang lebih kecil dan hampir semua perusahaan telekomunikasi, kecuali Telkom, telah menjual menara mereka. “Kami tidak memperkirakan TBI untuk berekspansi melalui M&A yang signifikan dan dibiayai oleh utang.”

Fitch memperkirakan TBI akan memiliki likuiditas yang cukup untuk membayar obligasi US$350 juta di Januari 2025 karena perusahaan telah memperpanjang jatuh tempo fasilitas kredit revolving (RCF) sindikasi USD hingga Oktober 2029. RCF baru ini memberikan TBI fleksibilitas untuk meminjam dengan suku bunga yang lebih rendah saat biaya penerbitan obligasi USD jangka panjang menurun. Fitch memperkirakan suku bunga kebijakan US turun sebesar 100bp di tahun 2025 dan tetap stabil di tahun 2026.

Lebih lanjut, Fitch memperkirakan pertumbuhan pendapatan pulih sedikit tetapi tetap dalam satu digit pada tahun 2025 (2024E: 3,5%) karena XL dan Smartfren kemungkinan akan menunda perluasan jaringan yang signifikan sebelum mereka menyelesaikan diskusi merger. Induk XL, Axiata Group Berhad, mengindikasikan niatnya untuk menyelesaikan proses merger pada akhir tahun 2024, tetapi proses tersebut dapat diperpanjang hingga tahun 2025 karena memerlukan persetujuan regulator.

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post IHSG Diramal Menguat, Ajaib Sarankan Koleksi Saham MYOR, BRMS, INDY
Next Post Dukung Pengembangan Pasar Modal Indonesia, BNI Sekuritas Beli 6.250 Unit Karbon

Member Login

or