Media Asuransi – Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki mengakui bahwa saat ini koperasi belum menjadi pilihan yang rasional bagi masyarakat. Hal ini terlihat dari partisipasi masyarakat Indonesia untuk berkoperasi masih sebesar sangat kecil.
“Partisipasi masyarakat Indonesia untuk berkoperasi masih sebesar 8,41 persen. Angka ini masih sangat rendah dibandingkan persentase negara lain dalam skala global yang sebesar 16,31 persen,” katanya webinar di Jakarta, Kamis 13 Agustus 2020.
Teten menjelaskan bahwa pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Indonesia di sektor pangan mencapai 51,2 persen. Namun kelembagaan ekonomi petani yang berbentuk koperasi hanya 13.821 unit atau 11,23 persen dari total koperasi aktif. Mayoritas jenis usaha koperasi, yakni sekitar 51,99 persen, adalah koperasi simpan pinjam. “Itu artinya koperasi belum bergerak di sektor riil,” katanya.
Menurutnya, selama ini masyarakat enggan ke koperasi karena banyak koperasi yang gagal bayar uang anggotanya. Hal itu terjadi karena koperasi mengumpulkan uang dari anggotanya, namun hangnya diinvestasikan di luar kegiatan usaha yang terkait dengan kebutuhan anggota.
Menkop mengatakan bahwa koperasi harus menjadi bibit usaha yang menarik bagi investor. Itu artinya, harus ada pembenahan dalam sistem manajerial koperasi, sehingga orang tertarik untuk menaruh simpanan, berinvestasi, atau bahkan menjadi anggota koperasi.
Selain itu, agar masyarakat mau berinvestasi di koperasi, menurut Teten, perlu ada lembaga penjaminan simpanan khusus koperasi atau seperti LPS yang ada di perbankan. “Agar anggota koperasi yang memiliki dana akan merasa aman bila mereka menempatkan dananya di koperasi,” tegas Teten. Edi
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News