Media Asuransi, JAKARTA – Chief Economist Permata Bank Josua Pardede mengungkapkan meski menghadapi berbagai macam tantangan eksternal, namun fundamental ekonomi Indonesia masih cukup kuat untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.
“Kami melihat konsumsi rumah tangga tetap penopang utama pertumbuhan dan didukung terkendalinya inflasi serta penerapan kebijakan industri yang dapat mendorong pertumbuhan. Namun, pemerintah perlu terus mendorong investasi dan menjaga daya saing ekspor untuk mengimbangi potensi pelemahan permintaan global,” ujar Josua, Senin, 10 Februari 2025.
|Baca juga: Ketidakpastian Global Meningkat, Bagaimana Nasib Ekonomi Indonesia?
|Baca juga: Ekonomi China Melambat dan Suku Bunga Global Tidak Menentu, Indonesia Wajib Waspada!
Sepanjang 2024, tambahnya, ketidakpastian ekonomi global menjadi tantangan utama bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Perlambatan pertumbuhan di beberapa negara mitra dagang utama seperti China berdampak langsung pada ekspor nasional.
Selain itu, lanjutnya, harga komoditas utama seperti batu bara dan minyak sawit mentah (CPO) yang mengalami fluktuasi turut memengaruhi neraca perdagangan Indonesia. Surplus perdagangan di 2024 tercatat sebesar US$31,04 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan di 2023 yang mencapai US$36,89 miliar.
Dari sisi kebijakan moneter dan fiskal, Bank Indonesia mempertahankan kebijakan moneter yang ketat guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah yang saat ini berada di kisaran Rp16.330 per US$. Sementara pemerintah juga telah menetapkan beberapa kebijakan prioritas, terutama mencapai ketahanan pangan dan energi, termasuk melalui keberlanjutan kebijakan hilirisasi.
“Langkah-langkah ini diharapkan dapat menjaga daya saing industri nasional dan mendorong investasi asing yang lebih besar,” ucapnya.
Di tengah berbagai kebijakan tersebut, konsumsi domestik masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi, dengan kontribusi lebih dari 50 persen terhadap PDB. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) tetap dalam level optimistis, meskipun masih dipengaruhi oleh inflasi dan dinamika pasar tenaga kerja.
|Baca juga: Askrindo Salurkan Bantuan Gizi dan Edukasi Perlindungan Anak di Kampung Nelayan
|Baca juga: Fitch Ratings: Eka Lloyd Perlu Tingkatkan Modal untuk Penuhi Persyaratan Ekuitas Minimum
“Stabilitas harga barang kebutuhan pokok serta dukungan kebijakan pemerintah dalam menjaga kesejahteraan masyarakat menjadi faktor penting dalam mempertahankan konsumsi domestik,” ucapnya.
Berdasarkan analisis Permata Institute for Economic Research (PIER), pertumbuhan ekonomi di 2025 diprediksi stabil di tengah berlanjutnya ketidakpastian global dan penyesuaian kebijakan moneter. BI pun mempertahankan suku bunga acuan di 5,75 persen, mencerminkan upaya menjaga stabilitas inflasi yang diproyeksikan berada di kisaran 2,0-2,5 persen pada 2025.
Sejumlah faktor yang dapat memengaruhi proyeksi ini antara lain kebijakan ekonomi global, stabilitas nilai tukar, serta efektivitas kebijakan pemerintah dalam mendorong investasi dan konsumsi domestik.
“Dengan berbagai tantangan dan peluang yang ada, PIER berkomitmen untuk terus memberikan analisis dan wawasan yang komprehensif guna mendukung pengambilan keputusan yang lebih baik bagi pelaku ekonomi dan pemangku kebijakan,” tutup Josua.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News