1
1

Ini Pandangan Fitch terkait Pendirian Danantara

Seremoni peluncurkan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) di Halaman Istana Kepresidenan Jakarta, pada Senin, 24 Februari 2025. | Foto: BPMI Setpres

Media Asuransi, JAKARTA – Fitch Ratings meyakini langkah-langkah untuk membawa beberapa perusahaan milik negara (BUMN) besar Indonesia di bawah kepemilikan Danantara, tidak mungkin mengubah penilaian kami terhadap potensi dukungan pemerintah yang luar biasa berdasarkan Kriteria Pemeringkatan Entitas Terkait Pemerintah (GRE) Fitch.

“Namun, pendekatan manajemen Danantara dapat memengaruhi Profil Kredit Mandiri (SCP) penerbit,” tulis Fitch dalam keterangan resmi dikutip, Kamis, 27 Februari 2025.

Pengesahan Undang-Undang BUMN baru-baru ini membuka jalan bagi pendirian Danantara, pada 24 Februari 2025. Pemerintah bermaksud untuk membawa PT Perusahaan Listrik Negara (PLN; BBB/Stabil), PT Perusahaan Mineral Industri Indonesia (MIND; BBB-/Stabil), PT Perusahaan Telekomunikasi Indonesia (Telkom; BBB/Stabil), dan tiga bank milik negara di bawah kepemilikan Danantara. Lebih banyak BUMN dapat berada di bawah kepemilikan Danantara dari waktu ke waktu.

|Baca juga:Kasus Korupsi Marak di Indonesia, Pengawasan Danantara Diminta Lebih Ketat!

Perubahan kepemilikan perusahaan yang terlibat tidak mungkin memengaruhi Peringkat Default Penerbit (IDR) yang didorong oleh ekspektasi dukungan pemerintah, termasuk yang dimiliki oleh PT Pertamina, PLN, dan MIND.

“Kami biasanya “mencermati” perusahaan induk perantara yang digunakan pemerintah untuk menyimpan investasinya ketika kami yakin GRE memiliki hubungan yang kuat dengan pemerintah dan memainkan peran kebijakan publik, seperti halnya ketiga entitas tersebut. Peringkat negara Indonesia (BBB/Stabil) akan tetap menjadi pendorong utama IDR mereka.”

Peringkat Telkom dibatasi oleh peringkat negara karena hubungan dekat mereka dan tidak adanya pembatasan yang membatasi arus kas dan aset dari Telkom ke pemerintah. Peminjaman melalui Danantara atau BUMN di bawahnya juga dapat memengaruhi profil kredit negara melalui risiko kewajiban bersyarat.

Pengaruh Danantara pada kebijakan dividen dapat memengaruhi SCP penerbit. Misalnya, SCP mereka dapat melemah jika Danantara mengharuskan pembayaran dividen yang lebih tinggi dari BUMN yang dimilikinya, meskipun ini bukan asumsi dasar jangka menengah Fitch.

|Baca juga:Danantara Dapat Modal Awal Rp300 Triliun, Pengamat: Bisa Dibilang Uang Panas!

SCP juga dapat terpengaruh jika BUMN mengejar proyek yang lebih berisiko atau profitabilitasnya melemah, sebagai akibat dari pendekatan manajemen Danantara dan upayanya untuk mendukung agenda pertumbuhan ekonomi pemerintah.

Dibawa ke bawah kepemilikan Danantara juga tidak mungkin memengaruhi IDR bank-bank yang terlibat: Bank Mandiri (BBB/AAA(idn)/Stabil); Bank Rakyat Indonesia (BBB/AAA(idn)/Stabil); dan Bank Negara Indonesia (BBB-/AA+(idn)/Stabil). IDR Bank Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia didorong oleh Peringkat Dukungan Pemerintah (GSR) mereka.

Perubahan struktur kepemilikan tidak mungkin memengaruhi faktor-faktor yang mendasari GSR ini, seperti kepentingan sistemiknya, tingkat kepemilikan negara, dan peran pinjaman kebijakan. IDR Bank Negara Indonesia didorong oleh Peringkat Kelayakan (VR) yang berdiri sendiri. Namun, hal itu didukung oleh GSR bank, yang sama dengan VR, yang mencerminkan kepentingan sistemiknya dan kepemilikan mayoritas negara.

 

Strategi Belum Jelas

Menurut Fitch, strategi Danantara masih belum jelas, tetapi ada kemungkinan strategi ini dapat mendorong bank untuk menyalurkan lebih banyak pinjaman ke sektor-sektor yang diprioritaskan dalam strategi pertumbuhan pemerintah, seperti energi terbarukan, industri hilir, produksi pangan, dan perumahan terjangkau.

“Kami yakin pertumbuhan pinjaman ke sektor-sektor ini berada di bawah pertumbuhan pinjaman bank secara keseluruhan pada tahun 2024, yang dapat didorong oleh faktor-faktor seperti preferensi likuiditas.”

|Baca juga:Penasihat Presiden Bocorkan Sumber Modal Danantara yang Sebenarnya

Tidak jelas apakah mandat untuk memberikan lebih banyak pinjaman ke sektor-sektor ini, dengan sendirinya, akan mewakili perubahan selera risiko bank. Namun, peningkatan pinjaman ke sektor-sektor ini dapat memperpanjang durasi pinjaman rata-rata bank, karena pinjaman sektor-sektor tersebut cenderung untuk jatuh tempo yang relatif lama.

“Hal ini dapat memengaruhi profil risiko bank, karena peningkatan risiko suku bunga dan risiko likuiditas, tetapi kami yakin dampaknya tidak mungkin material bagi VR.”

Bank juga dapat diminta untuk membayar dividen yang lebih tinggi. Fitch melihat hal ini tidak mungkin terjadi dalam waktu dekat dan percaya kebijakan dividen akan tetap didorong oleh pertimbangan bisnis.

“Namun, kami memperkirakan peringkat mereka tidak akan terpengaruh dalam skenario semacam itu, mengingat ruang gerak penilaian modal mereka yang cukup dan penyangga modal yang besar.”

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post IHSG Diprediksi Rebound, Ajaib Sarankan Koleksi Saham BBNI, MAPI, BRMS
Next Post OJK Pastikan Setiap Pedagang Aset Kripto Diawasi dengan Standar Tinggi

Member Login

or