1
1

Ekspansi Manufaktur Asean Melambat pada Maret 2025

Aktifitas di dalam pabrik perakitan kendaraan. | Foto: freepick

Media Asuransi, JAKARTA – Setelah perbaikan solid di sektor manufaktur ASEAN pada bulan Februari, triwulan pertama berakhir dengan sedikit perlambatan dalam laju ekspansi. Tingkat pertumbuhan output dan permintaan baru menurun, tetapi masih solid secara keseluruhan.

Pembelian meningkat dengan laju lebih lambat, sementara tingkat tenaga kerja sedikit turun. Yang menggembirakan, tekanan harga mereda, sementara kepercayaan diri mendekati level tertinggi pada Februari.

Purchasing Managers’ Index™ (PMI™) Manufaktur ASEAN dari S&P Global turun dari posisi 51,5 pada bulan Februari, ke angka 50,8 pada bulan Maret. Peningkatan kondisi manufaktur selama lima belas bulan berturut-turut tercatat kuat secara historis, meski sedikit melemah dibanding bulan sebelumnya.

|Baca juga:PMI Manufaktur ASEAN Meningkat Signifikan pada Februari 2025

Output naik selama enam bulan berturut-turut. Laju kenaikan umumnya sejalan dengan pertumbuhan permintaan baru selama 13 bulan terakhir. Meski solid, kenaikan terkini sedikit lebih lemah dibanding bulan sebelumnya. Sebagai respons, perusahaan menyesuaikan aktivitas pembelian dan perekrutan pada bulan Maret. Pembelian naik pada laju lebih lemah.

Sementara itu, tren penciptaan lapangan kerja yang dimulai awal tahun berakhir pada bulan Maret. Kenyataannya, terjadi penurunan pada jumlah staf. Selain itu, perusahaan melaporkan tekanan kapasitas yang berlanjut pada akhir triwulan pertama, sebagaimana ditunjukkan oleh Indeks Penumpukan Pekerjaan yang disesuaikan secara berkala, yang tetap di atas 50,0 selama tiga belas bulan berturut-turut.

|Baca juga:PMI Manufaktur Indonesia Februari Naik, Apakah Pertanda Rebound?

Terkait stok di sektor manufaktur ASEAN, jumlah barang praproduksi secara umum tidak berubah bulan ini. Namun, jumlah barang jadi turun selama 23 bulan berjalan, menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan stok untuk memenuhi permintaan.

Dari segi harga, beban biaya di sektor manufaktur ASEAN naik tajam pada bulan Maret. Namun demikian, laju inflasi harga input melambat ke level terendah sejak Juli 2023. Kemudian, biaya juga naik dengan laju yang lebih terkendali dan relatif moderat. Faktanya, laju inflasi biaya mereda ke level terendah dalam 21 bulan.

Perusahaan menunjukkan optimisme kuat pada bulan Maret, dengan harapan tingkat produksi meningkat dalam 12 bulan ke depan. Tingkat kepercayaan diri tetap stabil di posisi tinggi yang tercatat pada bulan Februari.

|Baca juga:Menko Perekonomian: Inflasi Terkendali dan PMI Manufaktur Kembali Ekspansif di Akhir Tahun 2024

Menanggapi data PMI Manufaktur ASEAN, Maryam Baluch, Ekonom di S&P Global Market Intelligence mengatakan data PMI ASEAN menunjukkan bahwa sektor manufaktur membaik pada bulan Maret, meski sedikit lebih lemah dibanding pada bulan Februari.

“Output dan permintaan baru tumbuh solid dengan laju yang relatif seimbang. Kenaikan permintaan secara keseluruhan tetap berlanjut meskipun volume pekerjaan baru dari luar negeri terus menurun,” jelasnya dalam keterangan resmi dikutip, Kamis, 10 April 2025.

Terlebih lagi, aktivitas pembelian meningkat selama lima bulan berturut-turut, meski terbatas namun tetap kuat secara historis.

“Namun demikian, penurunan kebutuhan output mendorong perusahaan menyesuaikan tingkat ketenagakerjaan, yang turun pada bulan Maret setelah dua bulan berturut-turut naik. Akan tetapi, tekanan harga mereda dan tetap terkendali pada bulan Maret, sementara produsen tetap optimis terhadap prospek produksi mendatang.”

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Intikeramik Alamasri (IKAI) Bukukan Pendapatan Usaha Rp176,8 Miliar
Next Post Implementasi Tarif Resiprokal Trump Mengguncang Pasar Finansial

Member Login

or