Media Asuransi, GLOBAL – Indeks Manajer Pembelian Manufaktur yang mencerminkan aktivitas pabrik di China menyusut bulan ini, menurut data resmi yang dirilis Rabu, 30 April 2025 dengan Beijing menyalahkan “perubahan tajam” dalam ekonomi global saat negara itu memerangi perang dagang yang meningkat dengan Amerika Serikat. Tarif AS yang telah mencapai 145 persen pada banyak produk China mulai berlaku pada bulan April, sementara Beijing telah menanggapinya dengan bea masuk baru sebesar 125 persen pada impor dari Amerika Serikat.
|Baca juga: Ekspansi Manufaktur Asean Melambat pada Maret 2025
Dilansir dari Investing.com, dampak dari langkah-langkah tersebut mulai terlihat pada bulan April, dengan Indeks Manajer Pembelian — ukuran utama dari output industri — turun menjadi 49 pada bulan April, menurut Biro Statistik Nasional (NBS), di bawah angka 50 poin yang memisahkan pertumbuhan dan kontraksi.
Angka untuk bulan April turun dari 50,5 pada bulan Maret, yang merupakan angka tertinggi dalam 12 bulan, dan merupakan penurunan yang lebih tajam dari perkiraan 49,7 dalam survei Bloomberg. “Pada bulan April, dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti basis yang tinggi dari pertumbuhan manufaktur yang pesat sebelumnya dan perubahan tajam dalam lingkungan eksternal, PMI manufaktur turun,” kata ahli statistik NBS Zhao Qinghe dalam sebuah pernyataan.
|Baca juga: Survei BI: Kegiatan Dunia Usaha Meningkat di Triwulan II/2025
Angka terbaru ini menunjukkan kontraksi di sektor manufaktur China karena pembelian bahan-bahan baku untuk proses produksi di pabrik-pabrik seluruh China daratan mengalami penurunan.
PMI nonmanufaktur, yang mengukur aktivitas di sektor jasa, mencapai 50,4, turun dari 50,8 pada bulan Maret.
Ekonom telah memperingatkan bahwa gangguan dalam perdagangan antara ekonomi AS dan China yang terintegrasi erat dapat mengancam bisnis, meningkatkan harga bagi konsumen, dan menyebabkan resesi global.
Ekspor China melonjak lebih dari 12 persen bulan lalu karena para pabrikan mengantisipasi tarif semakin tinggi.
“PMI manufaktur yang lemah pada bulan April didorong oleh perang dagang,” tulis Zhiwei Zhang, presiden dan kepala ekonom di Pinpoint Asset Management, dalam sebuah catatan.
“Data makro di China dan AS akan semakin melemah… karena ketidakpastian kebijakan perdagangan menunda keputusan bisnis,” tambahnya.
Data Berbeda
Survei versi swasta yang dilakukan Caixin menunjukkan angka berbeda. The Caixin manufacturing PMI mendapatkan aktivitas manufaktur sebesar 50,4 di April, lebih tinggi daripada estimasi yang memprediksi penurunan ke 49.8. Namun angka bulan April ini tetap lebih rendah dari angka PMI di Maret yaitu 51,2.
Walau demikian data Caixin tidak bisa dijadikan patokan karena cakupan wilayah survei hanya di China bagian Selatan dan yang disurvei adalah usaha kecil dan menengah, tidak sampai pabrikan skala besar.
Editor: Irdiya Setiawan
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News