Media Asuransi, JAKARTA – Pasar saham domestik, di tengah perkembangan dinamika tensi perdagangan dan geopolitik, secara month to date (mtd) menunjukkan penguatan dan menjadi salah satu yang tertinggi di kawasan regional. Indeks saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) menguat 6,04 persen mtd ke level 7.175,82. Sedangkan secara year to date (ytd) indeks saham di BEI menguat 1,35 persen.
Hal ini disampaikan Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Inarno Djajadi, dalam jumpa pers secara daring, Senin, 2 Juni 2025. Dia jelaskan bahwa nilai kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp12.420 triliun atau naik 6,11 persen mtd dan naik 0,69 persen ytd.
“Sementara itu, non-resident mencatatkan net buy secara mtd setelah sebelumnya sejak Desember 2024 mencatatkan net sell. Nilai net buy mtd pada Mei 2025 tercatat sebesar Rp5,53 triliun mtd, sedangkan secara ytd tercatat net sell sebesar Rp45,19 triliun,” kata Inarno.
|Baca juga: IHSG Bergerak Mendatar di Sesi I Selasa
Dia tambahkan bahwa secara mtd, kinerja indeks sektoral secara umum menguat dengan penguatan tertinggi dialami oleh sektor basic material dan energy, sementara hanya sektor technology terpantau melemah.
Di sisi likuiditas transaksi, rata-rata nilai transaksi harian pasar saham secara ytd tercatat Rp12,90 triliun, naik dibandingkan dengan rata-rata nilai transaksi harian pasar saham April 2025 sebesar Rp12,47 triliun.
Inarno juga menerangkan bahwa di pasar obligasi, indeks pasar obligasi ICBI menguat 0,78 persen mtd ke level 409,16, dengan yield SBN rata-rata turun 4,76 bps mtd, serta secara ytd turun 22,02 bps. Per 28 Mei 2025 investor non-resident mencatatkan net buy sebesar Rp24,09 triliun secara mtd, dan secara ytd tercatat net buy Rp47,11 triliun.
Untuk pasar obligasi korporasi, investor non-resident mencatatkan net buy sebesar Rp0,21 triliun secara mtd, serta net sell Rp1,21 triliun ytd.
Di industri pengelolaan investasi, per 27 Mei 2025 nilai Asset Under Management (AUM) tercatat sebesar Rp848,88 triliun, naik 1,91 persen mtd atau naik 1,37 persen ytd. Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana tercatat sebesar Rp517,99 triliun atau naik 3,16 persen mtd, secara ytd naik 3,75 persen. Tercatat net subscription sebesar Rp8,26 triliun secara mtd dan secara ytd tercatat net subscription Rp3,38 triliun.
|Baca juga: Saham Sritex (SRIL) Masuk Kategori Layak ‘Ditendang’ dari Bursa
Menurut Inarno, penghimpunan dana di pasar modal masih dalam tren yang positif, tercatat nilai penawaran umum mencapai Rp65,56 triliun dengan Rp3,31 triliun di antaranya merupakan fundraising dari enam emiten baru. “Sementara itu, masih terdapat 85 pipeline Penawaran Umum dengan perkiraan nilai indikatif sebesar Rp74,94 triliun,” tuturnya.
Penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF), sejak pemberlakuan ketentuan SCF hingga 27 Mei 2025, telah terdapat 18 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 825 penerbitan efek dari 594 penerbit, 180.862 pemodal, dan total dana SCF yang dihimpun dan teradministrasi di KSEI sebesar Rp1,57 triliun.
Pada pasar derivatif keuangan, sejak 10 Januari hingga 28 Mei 2025, tercatat 89 pelaku dan 15 penyelenggara yang telah mendapatkan izin prinsip OJK. Sementara itu, nilai transaksi derivatif keuangan dengan aset yang mendasari berupa efek di bulan Mei 2025 tercatat sebesar Rp160,39 triliun dan volume transaksi sebesar 52.605,07 lot, dengan nilai rata-rata harian transaksi sebesar Rp9,43 triliun dan secara ytd Rp12,90 triliun per hari.
Sedangkan perkembangan Bursa Karbon, sejak diluncurkan pada 26 September 2023 hingga 28 Mei 2025, tercatat 112 pengguna jasa yang mendapatkan izin dengan total volume 1.599.314 tCO2e dan akumulasi nilai Rp77,95 miliar.
Inarno Djajadi juga mengatakan bahwa pada periode 20 Maret sampai dengan 28 Mei 2025, terdapat 40 emiten yang berencana untuk melakukan buyback tanpa RUPS, dengan perkiraan alokasi dana buyback sebesar Rp21,49 triliun. “Dari 40 Emiten tersebut terdapat 31 Emiten yang telah melakukan pelaksanaan buyback dengan nilai realisasi sebesar Rp2,16 triliun atau sebesar 10,05 persen,” jelasnya.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News