1
1

Yuk Memahami Istilah Quiet Quitting dan Kaitannya dengan Dunia Kerja

Ilustrasi. | Foto: Tugu Insurance

Media Asuransi, JAKARTA – Sobat asuransi, kamu mungkin pernah dengar istilah quiet quitting. Istilah ini sempat ramai di media sosial, terutama di kalangan pekerja muda. Meskipun begitu, sebenarnya fenomena ini sudah lama terjadi di beberapa negara Eropa.

Kenapa banyak yang melakukan quiet quitting? Fenomena quiet quitting makin terasa sejak pandemi covid-19. Banyak karyawan merasa kerja keras mereka selama sistem kerja dari rumah atau hybrid tidak diiringi dengan penghargaan yang setimpal.

|Baca juga: Harga Minyak Dunia Meroket! Sri Mulyani Terus Pelototi Dampak Perang Israel-Iran ke Ekonomi RI

|Baca juga: Sri Mulyani Beberkan Alasan Belanja Negara Turun 11,26% di Mei 2025

Selain itu, beberapa alasan lain juga muncul, seperti beban kerja berlebihan, takut diberi tugas tambahan, rasa jenuh, hingga kurangnya waktu untuk kehidupan pribadi. Quiet quitting bukan berarti benar-benar resign.

Istilah ini merujuk pada karyawan yang memutuskan untuk bekerja secukupnya sesuai jam kerja dan tugas yang diberikan. Mereka tidak mengambil lembur dan tidak mengerjakan pekerjaan di luar tanggung jawab utama.

|Baca juga: Pemerintah Telah Salurkan Gaji ke-13 Sebesar Rp32,8 Triliun untuk ASN dan Pensiunan

|Baca juga: Jangkau 4,89 Juta Penerima, Anggaran MBG Terserap Rp4,4 Triliun per 12 Juni 2025

Contohnya, jika jam kerja kamu dimulai pukul 9 pagi sampai 6 sore, maka kamu akan mulai kerja tepat waktu dan menyelesaikannya saat jam pulang tiba. Tidak lebih, tidak kurang. Fokusmu hanya pada pekerjaan yang memang menjadi tanggung jawabmu.

Manfaat menerapkan quiet quitting

Proses kerja seperti itu memiliki banyak manfaat lho Sobat Asuransi, melansir dari laman Tugu Insurance, Sabtu, 28 Juni 2025, berikut keuntungan yang dapat kamu pahami:

1. Bekerja lebih efektif

Quiet quitting menekankan pada jam kerja yang sesuai dan penyelesaian tugas yang telah diberikan sesuai dengan job desc. Maka dari itu, seseorang akan dapat bekerja lebih efektif karena waktu yang dimilikinya benar-benar digunakan dalam rangka penyelesaian tugas yang telah diberikan.

2. Kualitas hidup meningkat

Seiring berjalannya waktu, porsi kerja, dan mengurus kehidupan pribadi akan terpisahkan dengan jelas. Hal ini akan membuat kualitas hidup seseorang meningkat karena mereka juga memiliki waktu untuk kehidupan pribadinya. Jika kamu melakukan quiet quitting kamu akan jauh lebih mudah mengatur masalah pribadi dan pekerjaan sehingga memiliki me time yang lebih banyak.

|Baca juga: Jurus BI Lawan Ketidakpastian Global saat Ekonomi RI Diramal Tumbuh 5,4% di 2025

|Baca juga: BI Tahan Suku Bunga Acuan di 5,50%, Ini Alasannya!

3. Terhindar dari burnout

Burnout adalah kondisi buruk yang bisa terjadi di dunia kerja karena terlalu banyak memforsir diri dalam pekerjaan. Jika kamu memaksa diri dalam pekerjaanmu, nantinya kamu akan mudah lelah dan cepat merasa buntu saat mengembangkan ide. Ketika menerapkan tren quiet quitting, seseorang bisa terhindar dari burnout karena jam dan porsi kerjanya lebih terjaga.

Secara ideal, quiet quitting dapat memperbaiki kualitas hidup, sehingga kinerjanya di dunia profesional akan membaik dan ekosistem dunia kerja juga semakin terasa positif. Seperti yang sedikit disinggung dalam poin sebelumnya, tren ini menekankan pada work-life balance sehingga muncul keseimbangan pada kehidupan seseorang.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Mempersiapkan Dana Pendidikan dengan Prinsip SMART, Kamu Wajib Paham!
Next Post Booth PLN Hadirkan Pengalaman Edukatif Energi Masa Depan

Member Login

or