Media Asuransi, GLOBAL – Mayoritas Gen Z di Asia masih merasa belum aman secara finansial. Survei Sun Life Asia mengungkapkan hanya sedikit lebih dari setengah Gen Z yang mengaku merasa aman secara finansial, jauh di bawah tingkat rasa aman yang dirasakan oleh generasi baby boomer (69 persen) dan milenial (66 persen).
Dilansir dari Insurance Asia, Rabu, 2 Juli 2025, temuan ini berasal dari laporan Financial Resilience Index yang dilakukan Sun Life terhadap lebih dari 6.000 responden di Hong Kong, Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Vietnam. Gen Z disebut menghadapi tantangan keuangan paling berat dibandingkan dengan generasi lainnya.
|Baca juga: Manjakan Nasabah, Bank DBS Indonesia Hadirkan Guided Conversation
|Baca juga: IPOT: Saham Perbankan & Properti Jadi Incaran Jelang Keputusan Suku Bunga
Menurut laporan tersebut sebanyak 59 persen Gen Z mengaku sebagai investor yang konservatif, dan 28 persen mengaku tidak mencari saran keuangan dari siapa pun. Namun menariknya, 19 persen di antaranya justru lebih terbuka terhadap penggunaan alat bantu berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk membantu keputusan finansial.
Tekanan inflasi yang terus berlangsung menjadi faktor utama yang memengaruhi kondisi finansial sehari-hari. Sebanyak 92 persen responden mengaku merasakan dampak kenaikan harga, dan 44 persen menyatakan hal itu menyulitkan mereka dalam memenuhi kebutuhan bulanan.
Kebutuhan jangka pendek kini lebih diutamakan dari perencanaan jangka panjang. Sebanyak 60 persen responden menyebut mengelola pengeluaran harian sebagai prioritas utama, naik dari 54 persen pada tahun sebelumnya. Sementara perencanaan pensiun turun drastis dari posisi kedua ke posisi keenam dalam daftar tujuan keuangan.
Meski demikian, kesadaran akan pentingnya dana darurat mulai tumbuh. Sebanyak 42 persen responden menyebut dana darurat sebagai salah satu prioritas utama mereka saat ini.
Namun, perencanaan keuangan jangka panjang masih lemah. Sekitar 54 persen responden tidak memiliki rencana keuangan lebih dari 12 bulan ke depan, dan hanya delapan persen yang merencanakan keuangan untuk jangka waktu lebih dari 10 tahun.
|Baca juga: Pengumuman! OJK Tunda Co-Payment Asuransi Kesehatan, Nasabah Batal Bayar 10%
|Baca juga: BTN (BBTN) Genjot Budaya Melek Digital dan Perkuat Arsitektur Risiko Siber
Laporan ini juga mengungkap jurang ketahanan finansial antarindividu. Mereka yang masuk kategori sangat tangguh secara finansial cenderung aktif berinvestasi, menabung untuk pendidikan, dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan.
Sebanyak 45 persen di antaranya merasa mampu bertahan lebih dari enam bulan dalam kondisi darurat, sementara hanya 13 persen dari kelompok berisiko rendah yang yakin bisa mencapai tujuan keuangan jangka panjang. Sebanyak 89 persen dari kelompok ini bahkan mengaku tidak akan mampu bertahan secara finansial lebih dari enam bulan jika terjadi krisis.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News