1
1

Tenaga Kerja Didominasi Lulusan SD-SMA, Menaker: Ini Jadi Tantangan Kita!

Menteri Ketenagakerjaan Yassierli. | Foto: Kemnaker

Media Asuransi, JAKARTA – Menteri Ketenagakerjaan Yassierli menyoroti rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia yang masih menjadi hambatan utama dalam peningkatan produktivitas nasional. Pasalnya, sekitar 85 persen angkatan kerja hanya memiliki pendidikan maksimal SMA/SMK.

“Ini menjadi tantangan kita. Kalau tingkat pengangguran sekitar 4,76 persen itu masih tergolong standar,” kata Yassierli, dalam Kajian Tengah Tahun (KTT) Indef di Jakarta, Rabu, 2 Juli 2025.

|Baca juga: Mendag Beberkan Sejumlah Jurus Pamungkas RI Hadapi Perang Dagang

Data Kementerian Ketenagakerjaan menunjukkan sebanyak 52,72 persen angkatan kerja merupakan lulusan SD dan SMP, sementara 34,29 persen lainnya hanya menamatkan SMA/SMK. Kondisi ini, menurut Yassierli, berpengaruh besar terhadap rendahnya produktivitas nasional, yang hingga kini masih tertinggal dari rata-rata negara ASEAN.

“Kalau bicara produktivitas, kita bicara jangka panjang. Tidak bisa kita ingin meningkatkannya 10 persen dalam 2–3 tahun. Itu butuh waktu,” tegasnya.

Ia menilai isu produktivitas selama ini kurang menjadi fokus utama. Padahal berbagai studi telah menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Dirinya menyayangkan karena solusi berbasis peningkatan produktivitas seolah telah hilang sejak era 1990-an.

Selain kualitas pendidikan, Menaker juga menyoroti tantangan lain di dunia kerja, yakni belum siapnya tenaga kerja menghadapi transformasi digital serta rendahnya indeks modal manusia Indonesia dibandingkan dengan negara-negara tetangga.

|Baca juga: Beda Jauh dari Milenial, Ini Alasan Gen Z Sulit Merasa Aman Secara Finansial

|Baca juga: Pengumuman! Pemerintah Bakal Luncurkan Lembaga Baru untuk Kerek Produktivitas Masyarakat

Sementara dari sisi struktur ketenagakerjaan, mayoritas tenaga kerja Indonesia masih berada di sektor informal. Yassierli mencatat sebanyak 56,57 persen angkatan kerja tergolong sektor informal, termasuk di dalamnya kelompok setengah pengangguran. Ia memperkirakan tren ini masih akan terus naik.

“Kami bicara perlindungan sosial, dan seterusnya. Kalau ahli ekonomi mungkin banyak berbicara soal transisi dari informal ke formal. Apakah memang harus seperti itu? Menurut saya belum tentu. Ini menjadi tantangan kita bersama,” ucapnya.

|Baca juga: Indef Blak-blakan Target Pertumbuhan Ekonomi 8% Bisa Gagal Kalau Pemerintah Tidak Lakukan Ini!

|Baca juga: Tantangan Global Ancam Ekonomi RI, tapi Target 8% Bisa Dikejar, Asal…

Sebagai respons atas berbagai tantangan tersebut, Menaker menegaskan, Kementerian Ketenagakerjaan tengah menyiapkan sejumlah strategi yang diarahkan pada dua sisi utama, yakni dari segi suplai atau penyediaan tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja agar pengangguran dapat ditekan sekaligus meningkatkan daya saing tenaga kerja dalam negeri.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Emisi Obligasi dan Sukuk Sampoerna Agro Diganjar Peringkat idA
Next Post Rencana Obligasi Berkelanjutan RMK Energy senilai Rp1,5 Triliun Diganjar Peringkat idA

Member Login

or