Media Asuransi, JAKARTA – Doom spending populer di kalangan anak muda khususnya milenial dan gen Z. Istilah ini merujuk pada kebiasaan belanja impulsif untuk merespons stres, kecemasan, atau ketakutan akan persoalan dan masa depan yang tidak pasti. Paparan media sosial juga telah turut memengaruhi kebiasaan ini.
Banyak anak muda memilih menggunakan uangnya pada hal-hal yang dirasa dapat membuat mereka melupakan tekanan hidup, misalnya, dengan belanja daring. Masalahnya, belanja dapat menjadi kebiasaan jika dilakukan terus menerus.
|Baca juga: OJK Siaga Penuh Hadapi Dampak Tarif AS, Siapkan Mitigasi untuk Stabilitas Keuangan
|Baca juga: Market Share Masih Seret, OJK Dorong 5 Jurus Ini untuk Perkuat Perbankan Syariah
Jumlah dan jenis yang dibelanjakan juga dapat menjadi berlebihan. Apalagi, belanja daring dapat dilakukan secara instan dan banyak jenis dan varian yang dapat dipilih. Jika tidak tersedia dana di tabungan dapat menggunakan kartu kredit atau sistem pay later.
Faculty Head Sequis Quality Builder Sequis Training Academy of Excellence (STAE) Fandi Murdani mengatakan doom spending berpotensi menjadi masalah serius jika tidak disertai dengan perencanaan keuangan. Fandi menyarankan agar generasi muda mempelajari dan disiplin melakukan perencanaan keuangan.
Hal itu perlu dilakukan meskipun sebagian orang merasa melakukan perencanaan keuangan tidak mudah dan mengekang. Ia juga menyarankan agar generasi muda mengurangi kebiasaan doom spending. Dengan disiplin mengelola keuangan maka akan memengaruhi keinginan mengurangi atau meninggalkan kebiasaan memboroskan uang untuk belanja yang tidak perlu.
|Baca juga: Bos Prudential Indonesia Buka Suara tentang Konsolidasi Asuransi BUMN
|Baca juga: Mayoritas Bank Revisi RBB 2025, OJK: Ekonomi Global dan Domestik Sangat Menantang!
“Menghentikan doom spending bukan berarti menghentikan kebahagiaan. Perilaku ini sebenarnya tidak mendatangkan bahagia, justru berdampak buruk pada stabilitas keuangan jangka panjang,” kata Fandi, dikutip dari keterangan tertulisnya, Sabtu, 12 Juli 2025.
“Malahan, dengan menyeleksi pengeluaran dan memprioritaskan masa depan, Anda dapat menikmati hidup saat ini dan memungkinkan mencapai hari esok yang lebih baik,” tambah Fandi.
Sequis senantiasa dan berulang menekankan soal disiplin perencanaan keuangan seperti tips supaya terhindar dari perilaku doom spending sebagai berikut:
Alternatif mengatur ‘emosi’ selain belanja
Fandi menyarankan agar ketidakpastian finansial direspons dengan bijaksana, seperti giat menabung dan berhemat, termasuk tidak membuka aplikasi belanja, atau mencari pendapatan tambahan.
|Baca juga: Genjot Pertumbuhan Ekonomi Kerakyatan, Bank Mandiri (BMRI) Salurkan BSU untuk 2,89 Juta Pekerja
|Baca juga: DPR dan Pemerintah Sepakati Asumsi Makro dan Target Pembangunan RAPBN 2026
“Tidak semua permasalahan dapat diatasi dalam waktu singkat. Namun, banyak pilihan untuk mengatur emosi. Ketika merasa stres, daripada membuka aplikasi belanja daring, coba lakukan aktivitas lain, seperti meditasi, menjalankan hobi, minum teh sore bersama pasangan atau orang tua, atau berolahraga,” sebut Fandi.
Perencanaan keuangan penting dilakukan
Generasi milenial yang sudah memiliki penghasilan, tentu lebih mudah untuk berbelanja karena tidak perlu minta pada orang tua. Namun hati-hati terjebak dalam kebiasaan doom spending. Untuk itu, lakukan perencanaan keuangan agar gaji Anda dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang bermanfaat.
|Baca juga: Sah! OJK Restui Adi Pramana sebagai Presdir Tugu Insurance (TUGU)
|Baca juga: Co-Payment Ditunda, Pengamat: Kesempatan Edukasi kepada Masyarakat Pentingnya Asuransi Kesehatan
Rencanakan keuangan dengan skala prioritas dengan menerapkan rumus 40-30-20-10. Dari anggaran yang dimiliki, sisihkan 40 persen untuk keperluan sehari-hari, 30 persen untuk kebutuhan utang, 20 persen untuk investasi dan tabungan, serta 10 persen untuk keperluan sosial.
Alokasikan dana darurat
Dalam perencanaan keuangan sangat penting mengalokasikan dana darurat dan investasi. Anda dapat memulai dengan alokasi gaji untuk pos ini sebesar 10 persen kemudian tingkatkan 20 persen. Nilai ini bisa terus Anda tingkatkan seiring meningkatnya pengalaman menjalankan perencanaan keuangan dan bertambahnya penghasilan.
Miliki asuransi kesehatan dan asuransi jiwa
Asuransi jiwa dan asuransi kesehatan adalah strategi efektif untuk mengelola risiko finansial yang dapat terjadi pada masa depan. Asuransi kesehatan bermanfaat melindungi kondisi finansial dari ketidakpastian biaya medis dan asuransi jiwa menyediakan uang pertanggungan yang dapat digunakan oleh anggota keluarga ahli waris untuk melanjutkan hidup jika terjadi risiko kematian atau kecelakaan.
Berinvestasi membantu capai tujuan keuangan
Daripada menghabiskan uang untuk doom spending. Ada baiknya generasi muda belajar berinvestasi di jalur formal yang berizin dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Investasi bermanfaat untuk memperkuat kemandirian finansial, menjaga nilai aset dari inflasi, dan membantu tersedianya dana untuk keperluan masa depan
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News