Media Asuransi, JAKARTA – PT Fitch Ratings Indonesia telah menetapkan Peringkat Nasional Jangka Panjang ‘AA-(idn)’ kepada pemilik dan operator pusat data yang berbasis di Indonesia, PT DCI Indonesia Tbk. Outlook adalah Stabil.
“Peringkat DCI mencerminkan posisinya yang terdepan di Indonesia, aset berkualitas tinggi, visibilitas arus kas yang kuat dan EBITDA net leverage yang rendah,” tulis Fitch dalam keterangan resmi dikutip, Senin, 21 Juli 2025.
Faktor-faktor tersebut diimbangi oleh konsentrasi aset DCI yang tinggi serta minat investor institusional yang terbatas terhadap pusat data di Indonesia, dibandingkan dengan pasar global utama lainnya. Peringkat DCI dibatasi oleh terbatasnya aset yang tidak dijaminkan, yang dapat mengurangi fleksibilitas keuangan pada kondisi perlambatan ekonomi.
|Baca juga:Fitch Ganjar Rencana Sukuk Global RI dengan Peringkat BBB
Peringkat Nasional ‘AA’ menunjukkan ekspektasi tingkat risiko gagal bayar yang sangat rendah dibandingkan dengan emiten atau obligasi lain di negara atau serikat moneter yang sama. Risiko gagal bayar inheren hanya sedikit berbeda dari emiten atau obligasi dengan peringkat tertinggi di negara tersebut.
DCI merupakan operator pusat data terbesar di Indonesia dan mendapatkan manfaat dari statusnya sebagai first-mover. DCI melayani lebih dari 250 pelanggan, dari penyedia layanan cloud global, perusahaan media sosial, platform e-commerce, lembaga keuangan, hingga penyedia layanan jaringan.
Ekosistem penyewanya yang telah terbangun memungkinkan DCI menyediakan layanan interkoneksi yang bermargin tinggi, yang menghubungkan penyewa secara langsung dengan rekan bisnis, penyedia konten, penyedia layanan internet, dan carrier.
|Baca juga:Bank Resona Perdania Diganjar Peringkat AAA Outlook Stabil
Fitch memperkirakan bahwa sepuluh besar pelanggan berkontribusi terhadap lebih dari 50% pendapatan DCI dan pelanggan hyperscale akan menyumbang 65%-75% dari pendapatan berulang DCI pada 2025-2026 (2024: 57%). Profil kredit penyewa yang kuat memitigasi risiko konsentrasi penyewa.
DCI memiliki konsentrasi aset yang tinggi dengan delapan pusat data yang beroperasi di tiga tempat yang berbeda di Jakarta dan sekitarnya, dengan total kapasitas shell sebesar 119 MW. Perusahaan memiliki lima dari pusat data ini (73 MW), sementara tiga lainnya (46 MW) merupakan pusat data platform yang dimiliki oleh rekan, Grup Salim, di mana DCI memperoleh pembagian pendapatan sebesar 10%-15%.
|Baca juga: Snapcart: Kecepatan dan Ketepatan Waktu Jadi Faktor Utama saat Memilih Opsi Jasa Kirim
“DCI juga sedang mendirikan pusat data baru di Surabaya dengan kapasitas shell sebesar 9MW. Permintaan yang kuat terhadap pusat data DCI memitigasi risiko konsentrasi asetnya.”
Fitch berpendapat bahwa skala operasi merupakan faktor kompetitif utama untuk operator pusat data. Portofolio global yang luas dan dalam meningkatkan posisi kompetitif karena memungkinkan perusahaan untuk menawarkan layanan lintas negara dan memenuhi kebutuhan data pelanggan yang berkembang pesat.
Pusat data milik DCI memiliki sertifikasi Tier IV Gold Operation Sustainability dari Uptime Institute. Hal ini mencerminkan keandalan aset yang tinggi dan meningkatkan daya tarik untuk penyewa karena memitigasi risiko gangguan layanan akibat pemadaman listrik domestik.
Fitch memperkirakan EBITDA net leverage DCI akan tetap rendah pada kisaran 1,0x-1,5x pada 2025-2026 (2024: 0,7x). “Kami memproyeksikan belanja modal DCI pada kisaran Rp2 triliun per tahun pada 2025-2026 (2024: Rp883 miliar) berdasarkan asumsi kami atas tambahan kapasitas yang akan dikontrakkan.”
EBITDA margin kemungkinan akan melemah ke 50%-55% pada 2025-2026 (2024: 65%) karena meningkatnya proporsi pelanggan hyperscale relatif terhadap pelanggan ritel, yang memiliki margin lebih tinggi.
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News