1
1

 Kebijakan Tarif AS Dinilai Mempercepat Runtuhnya Hiperglobalisasi

Presiden AS Donald Trump saat mengumumkan tarif resiprokal di Washington DC. | Foto: Chip Somodevilla/Getty Images News/Getty Images

Media Asuransi, GLOBAL – GlobalData mencatat tarif AS mempercepat runtuhnya hiperglobalisasi, memaksa perusahaan-perusahaan di seluruh dunia untuk memikirkan kembali strategi rantai pasok mereka.

Seiring menguatnya kebijakan proteksionis, rantai pasok bergeser ke arah lokalisasi untuk memitigasi risiko dan kenaikan biaya. Perdagangan global memasuki era baru, yang didefinisikan bukan oleh efisiensi, melainkan oleh ketahanan, regionalisasi, dan rekonfigurasi strategis.

|Baca juga: Pemerintah Kumpulkan Asosiasi Pelaku Usaha Respons Kebijakan Tarif AS

Laporan Intelijen Strategis terbaru GlobalData bertajuk “ Dampak Tarif pada Rantai Pasokan,” mengungkapkan bahwa meskipun tarif AS akhirnya lebih rendah daripada yang diumumkan sebelumnya pada bulan April, tarif rata-rata 10% pada sebagian besar impor AS akan memaksa perusahaan untuk mengkonfigurasi ulang rantai pasokan.

|Baca juga: Tarif Amerika Serikat Turun, Indonesia Bakal Untung atau Buntung?

Carolina Pinto, Analis Intelijen Strategis di GlobalData, mengatakan ketidakpastian kebijakan tarif AS membuat perusahaan enggan mengambil keputusan investasi jangka panjang. “Sebaliknya, sebagian besar perusahaan berniat menunggu situasi tarif stabil sebelum menyelesaikan perubahan strategis apa pun pada rantai pasokan mereka,” katanya dalam riset dikutip, Sabtu, 26 Juli 2025.

 

Pergeseran menuju lokalisasi

Selama lima tahun ke depan, semua negara ekonomi utama diperkirakan akan berupaya melakukan reindustrialisasi dan merangsang permintaan domestik. Pembatasan perdagangan dan paket stimulus akan memberikan insentif, atau bahkan memaksa, perusahaan untuk mengkonfigurasi ulang rantai pasokan mereka. Akan ada pergeseran ke arah lokalisasi rantai pasokan untuk menghindari sanksi finansial dan operasional yang terkait dengan alih daya produksi.

“Mengonfigurasi ulang rantai pasokan adalah proses yang panjang, rumit, dan mahal yang akan berdampak signifikan pada bisnis dan konsumen,” jelas Pinto.

|Baca juga: Wamen Investasi Klaim RI Bakal Jadi Intermediary Country Akibat Tarif AS, Bakal Cuan?

Sudah ada beberapa tanda rencana untuk menata ulang rantai pasokan. Hal ini dibuktikan dengan angka investasi langsung asing (FDI), dengan sektor farmasi mencatat nilai FDI masuk AS tertinggi pada kuartal pertama 2025. Pengumuman FDI oleh perusahaan farmasi besar dilakukan selama negosiasi tarif dengan pemerintahan Trump. Perusahaan berharap tingkat tarif dapat diturunkan sebagian (di bawah asumsi tarif 25%) jika industri tersebut berkomitmen untuk FDI masuk AS.

|Baca juga: Mendag Pamer Kinerja Ekspor RI Tidak Goyah di Tengah Perang Dagang

Dengan AS menutup pintunya bagi barang-barang asing, semua pasar maju utama yang telah mengandalkan permintaan asing AS selama 30 tahun terakhir, khususnya China dan Eropa, akan berupaya melakukan reindustrialisasi, merangsang permintaan domestik, dan mendiversifikasi rantai pasokan mereka.

Pinto menyimpulkan pergeseran menuju rantai pasok yang terlokalisasi merupakan penataan ulang struktural norma-norma perdagangan global. Seiring risiko geopolitik, ketidakpastian kebijakan, dan nasionalisme ekonomi membentuk kembali lanskap, perusahaan tidak akan lagi hanya berfokus pada biaya.

“Sebaliknya, strategi rantai pasok akan semakin memprioritaskan ketahanan, pilihan, dan kedekatan dengan permintaan, yang menandai penyeimbangan ulang fundamental globalisasi.”

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Ini Perbedaan Gaya Parenting Antara Orang Tua Milenial dan Gen X
Next Post Astra Life Hadirkan Produk Spesial  di GIIAS 2025

Member Login

or