1
1

Bencana Alam Tidak Terbendung, Klaim Asuransi Global Tembus US$100 Miliar Lagi di 2025

Ilustrasi. | Foto: BRI Life

Media Asuransi, JAKARTA – Laporan Natural Catastrophe Review dari Willis, anak usaha WTW, menyebutkan klaim asuransi akibat bencana alam global diperkirakan kembali melampaui US$100 miliar pada 2025. Ini menjadi tahun ketujuh berturut-turut industri asuransi menghadapi tekanan besar akibat kerugian yang masif.

Dilansir dari Insurance Asia, Kamis, 31 Juli 2025, laporan tersebut mencatat kerugian akibat bencana alam pada 2024 sudah melebihi angka US$100 miliar. Tren serupa berlanjut di awal 2025, dipicu oleh sejumlah kejadian ekstrem di berbagai belahan dunia.

|Baca juga: Dulu Merugi, KB Bank (BBKP) Cetak Laba Bersih Rp373 Miliar di Semester I/2025

|Baca juga: Jalin Health: Kecerdasan Buatan Bantu Industri Kesehatan dan Asuransi

Kebakaran hutan besar di Los Angeles pada awal 2025 menjadi peristiwa paling merugikan dengan estimasi kerugian asuransi mencapai US$40 miliar. Selain itu, Jepang dan Korea Selatan juga mengalami kebakaran hutan terburuk dalam beberapa dekade terakhir.

Willis menegaskan intensitas dan skala bencana yang terjadi menunjukkan perubahan iklim tengah mengubah peta risiko di berbagai wilayah. Di kawasan Asia Timur dan Tenggara, risiko baru mulai bermunculan.

Kepala APAC Climate Risk Centre Willis Christopher Au mengatakan kebakaran hutan di Jepang dan Korea Selatan menjadi titik balik dalam memahami risiko iklim di wilayah tersebut. “Dulu, kebakaran hutan di wilayah ini jarang terjadi dan bersifat lokal. Namun perubahan iklim telah mengubah cerita itu,” ujarnya.

|Baca juga: Efek Domino Trump Bikin Devisa Ekspor RI Seret, Pemerintah Mulai Panik?

|Baca juga: Ancaman Tarif Trump Cuma Omon-omon? Negosiator RI: Jangankan Kalian, Saya Saja Nggak Tahu Kapan Diberlakukan!

Ia menambahkan musim kebakaran yang semakin panjang dan panas, curah hujan yang tidak menentu, serta ekspansi pembangunan ke wilayah hutan menciptakan zona rawan kebakaran baru yang belum pernah terlihat sebelumnya.

Willis mendorong penggunaan alat analisis risiko berbasis lokasi seperti indeks cuaca kebakaran dan pemodelan panas radiasi untuk menilai ancaman secara lebih akurat. Laporan tersebut juga merekomendasikan strategi mitigasi risiko yang spesifik, termasuk pemanfaatan produk asuransi parametris untuk membantu pelaku usaha menghadapi lonjakan risiko kebakaran.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Bank Muamalat Catat Pembiayaan Prohajj Plus Capai Rp166 Miliar per Juni 2025
Next Post Manjakan Nasabah yang Disiplin Investasi, OCBC (NISP) Hadirkan Mariah Carey di Premium Music Experience 2025

Member Login

or