1

Mirae Asset: Makroekonomi & Pasar Modal pada Semester II/2025 Masih Menantang

Ilustrasi pasar modal Indonesia. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto, menilai saat ini kondisi makroekonomi dan pasar modal pada semester II/2025 masih akan menantang. Faktor utamanya adalah kebijakan tarif perdagangan AS yang mulai berlaku pada semester II/2025.

“Saat ini data dan peristiwa yang terjadi beragam (mixed) karena di tengah derasnya sentimen negatif tarif dagang AS ternyata ada beberapa sentimen positif yang membuatnya seimbang. Beberapa sentimen positif itu adalah direvisi positifnya pertumbuhan ekonomi global, pelemahan dolar AS yang membuat rupiah menguat, dan ruang pemangkasan suku bunga acuan yang melebar,” ujar Rully dalam dalam press release Media Day: August 2025, Senin, 4 Agustus 2025.

|Baca juga: KSSK Sebut Kinerja Pasar Modal Indonesia Ciamik di Triwulan II/2025

Dia memprediksi Bank Indonesia masih memiliki ruang pemangkasan suku bunga sekali lagi sebesar 0,25%. Dengan prediksi suku bunga tersebut, dia memprediksi sektor emas dan perbankan masih akan diuntungkan karena pemangkasan suku bunga acuan yang sudah dilakukan akan segera berdampak pada penurunan suku bunga perbankan.

Dengan sentimen yang serimbang tersebut, maka dia memprediksi pada akhir 2025 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan ditutup pada 6.900. Selain itu, instrumen obligasi juga diprediksi akan diuntungkan dari pemangkasan suku bunga tersebut karena dapat menekan imbal hasil (yield) yang mendorong kenaikan harga instrumen surat utang.

|Baca juga: OJK Kenakan Denda Rp10,78 Miliar ke-14 Pihak di Pasar Modal Indonesia

Prediksi pertumbuhan ekonomi dunia baru direvisi naik oleh Lembaga Moneter Internasional (IMF) menjadi 3,1% pada 2025 dan 2026, dari prediksi masing-masing sebelumnya pada level 2,8% dan 3%.

Hal itu disebabkan penundaan berlakunya tarif perdagangan luar negeri AS sehingga negara-negara di dunia mendorong aktivitas ekspor-impornya di awal (front loading). Indonesia, lanjut Rully, adalah salah satu negara dengan surplus perdagangan yang cukup tinggi yaitu US$4,3 miliar pada Mei dan US$4,1 miliar pada Juni 2025.

Namun, dia memprediksi berlakunya tarif oleh Presiden AS Donald Trump akan membuat aktivitas perdagangan dunia akan terpengaruh signifikan, tidak terkecuali Indonesia.

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Mirae Asset Sekuritas Berkomitmen Jalankan ESG
Next Post Kondisi Ekonomi Tidak Menentu, Ini yang Harus Dipersiapkan

Member Login

or