1
1

Fitch Revisi Peringkat dan Outlook Asuransi Asei

PT Asuransi Asei Indonesia adalah anak usaha dari Indonesia Re yang terutama bergerak di bidang asuransi ekspor. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Fitch Ratings Indonesia telah menurunkan Peringkat Nasional Insurer Financial Strength (IFS) PT Asuransi Asei Indonesia (Asei) menjadi ‘BBB(idn)’, dari ‘BBB+(idn)’ dan mengeluarkan peringkat tersebut dari Rating Watch Negatif (RWN).

Outlook peringkat adalah Negatif. Fitch juga menurunkan penilaian kualitas kredit standalone Asei menjadi ‘bbb(idn)’ dari ‘bbb+(idn)’.

“Penurunan peringkat ini menyusul berlanjutnya metrik kinerja keuangan dan kapitalisasi perusahaan yang lemah. Outlook Negatif mencerminkan berlanjutnya tekanan terhadap pendapatan dan modal akibat ketidakpastian kebutuhan cadangan tambahan yang mungkin timbul dari bisnis asuransi kredit Asei,” tulis Fitch dalam keterangan resmi dikutip, Selasa, 5 Agustus 2025.

|Baca juga:Asuransi Asei Luncurkan Produk Asuransi Risiko Siber

Peringkat Nasional IFS ‘BBB’ menunjukkan kapasitas yang memadai untuk memenuhi kewajiban terhadap pemegang polis relatif terhadap semua kewajiban atau emiten lain di negara atau serikat moneter yang sama, di semua industri dan jenis kewajiban.

Asei terus mencatat kerugian underwriting akibat penambahan cadangan, terutama untuk bisnis asuransi properti dan kredit jangka panjang. Rasio gabungan (1H25: 179%, 2024: 186%) rata-rata sebesar 156% selama 2023-1H25. Asei membukukan rugi bersih sebesar Rp22,5 miliar pada 1H25 (2024: rugi Rp90 miliar). ROE tahunan (1H25: -13%, 2024: -22%) rata-rata -11% dalam tiga tahun terakhir.

“Fitch memperkirakan kinerja keuangan akan tetap lemah karena ketidakpastian mengenai kebutuhan cadangan untuk bisnis asuransi kredit jangka panjang.”

Penurunan Modal

Rasio modal berbasis risiko (RBC) regulasi Asei turun menjadi 142% pada akhir Juni 2025 berdasarkan angka yang belum diaudit, dari 163% pada akhir 2024. Penurunan ini disebabkan oleh peningkatan cadangan klaim dan berlanjutnya rugi bersih.

“Ini membuat Asei hanya memiliki penyangga tipis di atas persyaratan minimum regulasi sebesar 120%. Modal ekuitasnya turun lebih jauh menjadi Rp351 miliar pada akhir Juni 2025 dari Rp366 miliar pada akhir 2024.”

|Baca juga: Asuransi Asei Indonesia Gelar Talkshow Ketahanan Digital

Leverage keuangan Asei tetap tinggi (akhir Juni 2025: 54%, akhir 2024: 53%), didorong oleh pinjaman subordinasi sebesar IDR407 miliar dari induknya, PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero). Asei menerima pinjaman ini selama 2017-2018, tanpa tanggal jatuh tempo.

Premi bruto (GPW) Asei meningkat 6% tahun-ke-tahun di 1H25, setelah turun 21% di 2024, karena pertumbuhan bisnis asuransi umum, terutama properti. Asuransi properti naik menjadi 71% dari bisnis asuransi umum di 1H25, dari 66% di 2024. Asuransi perdagangan dan suretyship berkontribusi masing-masing 11% dan 13% dari GPW, diikuti oleh asuransi inward (4%) dan asuransi kredit (1%).

|Baca juga: OJK: Premi Asuransi Tumbuh 0,65% Sepanjang Januari-Juni 2025

Asei telah menyerahkan preminya kepada reasuradur karena skala yang kecil dan eksposur tinggi ke bisnis properti. Retensi premi – diukur sebagai rasio premi neto terhadap premi bruto – turun menjadi 33% di 1H25, dari 45% di 2024. Rata-rata tiga tahun sebesar 41% selama 2023-1H25, di bawah rata-rata industri asuransi umum sebesar 55% dan perusahaan asuransi sejenis yang diperingkat.

Eksposur basis modal Asei terhadap pemulihan reasuransi tetap tinggi dibandingkan perusahaan asuransi lainnya. Rasio ini melemah menjadi 356% pada akhir Juni 2025 dari 329% pada akhir 2024, akibat meningkatnya aset reasuransi dan menurunnya modal. Tingginya aset reasuransi menambah tekanan pada permodalan Asei karena kualitas kredit yang lemah dari panel reasuransi domestik serta asuransi jiwa yang mendukung bisnis asuransi kredit.

Fitch menilai profil perusahaan Asei sebagai ‘Kurang Baik’, berdasarkan profil bisnis ‘Kurang Baik’ dan tata kelola perusahaan yang ‘Netral’ dibandingkan perusahaan asuransi lain di Indonesia. Penilaian ini didorong oleh franchise bisnis yang terbatas, dengan pangsa pasar berdasarkan GPW yang lebih kecil sebesar 0,2% di 2024 (2023: 0,3%).

“Selain itu, kami menilai selera risiko Asei lebih tinggi daripada sektor, dengan eksposur tinggi terhadap asuransi umum relatif terhadap skalanya yang kecil, dan diversifikasi yang terbatas.”

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Obligasi Subordinasi Rp162,6 Miliar Milik Bank BJB Bakal segera Jatuh Tempo
Next Post Fenomena Rohana-Rojali Merebak, Bos OJK Ungkap Biang Keroknya!

Member Login

or