Media Asuransi, JAKARTA – Kepala Direktorat Inklusi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Rony Ukurta Barus menegaskan pentingnya peran perempuan dalam perekonomian global maupun nasional. Namun, berbagai hambatan masih dihadapi perempuan dalam mengakses layanan keuangan dan peluang ekonomi yang setara.
“Menurut kami (OJK) penting kita bersama (memberdayakan perempuan) karena ini menggambarkan betapa dahsyatnya keberadaan perempuan dalam ekonomi, tidak hanya Indonesia, tetapi juga dunia,” ujar Rony, di Jakarta, Kamis, 7 Agustus 2025.
|Baca juga: OJK Bongkar Dugaan Fraud di Bank Woori Saudara, Ada Perusahaan Ekspor Terlibat?
|Baca juga: BNI (BBNI) Permudah Nasabah Aktifkan Kembali Rekening Dormant Tanpa Biaya Tambahan
Ia merujuk hasil riset McKinsey Global Institute yang menunjukkan keterlibatan perempuan dalam sektor ekonomi dan pasar tenaga kerja global berpotensi menghasilkan tambahan kontribusi sebesar US$28 triliun, atau setara dengan 26 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) dunia pada 2025.
“Dan kami sampaikan dengan jumlah lebih dari 137,9 juta perempuan di Indonesia, ini menunjukkan perempuan di Indonesia merupakan critical economic players, juga banyak produksi ekonomi penting yang dihasilkan oleh perempuan dimulai dari tingkat keluarga, tingkat perusahaan, maupun tingkat nasional,” lanjutnya.
Meski demikian, Rony mengingatkan, perempuan masih menghadapi berbagai hambatan struktural dan sosial dalam partisipasi ekonomi. Hambatan itu mencakup keterbatasan literasi dan inklusi keuangan, pendapatan yang lebih rendah, beban tanggung jawab rumah tangga yang lebih besar, serta akses kesempatan kerja yang masih timpang.
“Tapi harus kita pahami bersama dan kita sadari bersama bahwa perempuan juga harus berhadapan dengan berbagai hambatan, mulai dari tingkat literasi inklusi keuangan yang masih rendah, pendapatan yang lebih rendah, tanggung jawab yang lebih besar dalam keluarga, serta kesempatan kerja yang berlaku,” tegasnya.
|Baca juga: Data Pertumbuhan Ekonomi Anomali, Ekonom Tuntut Pemerintah segera Klarifikasi
|Baca juga: Pertumbuhan Premi Asuransi Melambat, Pengamat Beberkan Sejumlah Biang Keroknya!
Mengutip data Kementerian Koperasi dan UKM, Rony menyebut, ada 64 juta pelaku usaha mikro di Indonesia, di mana 64 persen di antaranya dimiliki dan dikelola oleh perempuan. Menurutnya angka ini memperkuat posisi perempuan sebagai fondasi penting dalam menjaga ketahanan ekonomi nasional.
“Jadi ini jumlah yang sangat besar dan ini juga menunjukkan sumber daya perempuan memiliki potensi yang luar biasa sebagai fondasi bagi stabilitas ekonomi jangka panjang,” ungkap Rony.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya digitalisasi untuk memperkuat daya saing UMKM, terutama yang dipimpin oleh perempuan. Namun, adopsi teknologi digital di kalangan UMKM masih tergolong rendah.
“UMKM perempuan juga memiliki peluang yang besar untuk mengembangkan bisnisnya melalui digitalisasi. Penting buat UMKM, tidak hanya perempuan tapi semua UMKM, untuk masuk ke ranah digitalisasi karena itu sudah merupakan sebuah keharusan sebenarnya pada saat ini,” kata Rony.
|Baca juga: Ada 3.858 Pengaduan Debt Collector di Sektor Fintech, Begini Sikap OJK!
|Baca juga: Nama Bos Investree Adrian Gunadi Tidak Ada di Daftar Buronan Interpol, Ini Respons OJK!
“Nah, studi menunjukkan saat ini masih 12 persen UMKM di Indonesia yang telah mengadopsi teknologi digital secara efektif dan sebanyak 54 persen UMKM yang dipimpin oleh perempuan mengalami pertumbuhan pendapatan dengan mengadopsi pembayaran digital,” tutupnya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News