Media Asuransi, JAKARTA – Ketua Bidang Riset dan Pengembangan Asuransi Jiwa Syariah Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) Yurivanno Gani menilai rendahnya tingkat penetrasi asuransi di Indonesia menjadi tantangan besar untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang produk asuransi syariah.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan tingkat edukasi dan literasi masyarakat Indonesia tentang produk asuransi hanya sebesar 3,3 persen. Pencapaian ini masih tertinggal jauh dari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
|Baca juga: Indef Sebut Modal Awal Rp14 Triliun Jadi Penghambat Masuknya Pemain Baru Bullion Bank
|Baca juga: Indonesia-Kamboja Perkuat Kerja Sama Penanggulangan Bencana Lewat Skema Asuransi dan Perlindungan Sosial
“Kalau bandingkan sama negara tetangga seperti Malaysia, kita cukup ketinggalan. Malaysia sudah 4,8 persen, Singapura sudah 9,2 persen penetrasinya,” jelas Yurivanno, dalam konferensi Pers SICA 2025, di Jakarta, Kamis, 7 Agustus 2025.
Dari data tersebut, Yurivanno menilai, pengetahuan orang Indonesia terhadap asuransi masih rendah. Pengetahuan masyarakat mengenai asuransi saja masih rendah, lanjutnya, lantas bagaimana dengan asuransi syariah. Kondisi ini yang dinilainya menjadi Pekerjaan Rumah (PR) yang perlu diselesaikan di masa mendatang.
“Sebagai contoh, jika kita beriklan tentang asuransi syariah cakupannya sekitar 10 ribu, yang respons itu baru sekitar 100an. Artinya apa? Mereka mungkin sudah liat iklannya, 10 ribu orang, tapi ternyata yang respons hanya 100 orang,” ujarnya.
|Baca juga: OJK Bongkar Dugaan Fraud di Bank Woori Saudara, Ada Perusahaan Ekspor Terlibat?
|Baca juga: BNI (BBNI) Permudah Nasabah Aktifkan Kembali Rekening Dormant Tanpa Biaya Tambahan
Hal tersebut menjadi contoh penilaian masyarakat mengenai asuransi syariah. Karenanya, ia menilai, agen asuransi masih menjadi andalan bagi industri asuransi syariah. Pasalnya, asuransi syariah memang harus dijelaskan secara rinci.
“Jadi itu kenapa memang agen (asuransi) saat ini masih jadi andalan,” tutup Yurivanno.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News