Media Asuransi, JAKARTA – Swiss Re Institute memproyeksikan kerugian yang ditanggung industri asuransi global akibat bencana alam mencapai US$80 miliar pada semester I/2025. Angka tersebut hampir dua kali lipat dari rata-rata 10 tahun terakhir dan mewakili lebih dari setengah dari proyeksi kerugian sepanjang tahun yang diperkirakan sebesar US$150 miliar.
Melansir Insurance Asia, Senin, 11 Agustus 2025, Swiss Re mencatat, aktivitas bencana alam biasanya meningkat pada paruh kedua tahun sehingga total kerugian berpotensi melampaui proyeksi.
|Baca juga: OJK Sebut Perempuan Masih Tertinggal dari Laki-laki soal Literasi Keuangan
|Baca juga: Gaptek Bisa Jadi Penghalang, Pelaku UMKM Perempuan Wajib Kuasai AI
Kebakaran hutan menjadi penyumbang kerugian terbesar. Kebakaran hutan pada Januari di Los Angeles County saja menimbulkan kerugian yang diasuransikan sebesar US$40 miliar, menjadikannya peristiwa kebakaran hutan paling mahal yang pernah tercatat.
Badai petir parah juga menjadi sumber kerugian utama, menghasilkan klaim asuransi sebesar US$31 miliar pada paruh pertama tahun ini. Meskipun lebih rendah dari tren estimasi US$35 miliar dan rekor pada 2023–2024, namun peristiwa badai konvektif parah yang disertai hujan es dan tornado di AS tetap menimbulkan risiko signifikan.
Swiss Re menambahkan, urbanisasi, inflasi aset, dan meningkatnya biaya rekonstruksi memperbesar dampak badai tersebut. Di Asia, gempa bumi yang melanda Myanmar pada Maret menyebabkan kerusakan luas dan korban jiwa, dengan kerugian yang diasuransikan di Thailand saja diperkirakan mencapai US$1,5 miliar akibat guncangan yang meluas ke wilayah tersebut.
|Baca juga: Kemenkeu: Perempuan Punya Peran Ganda bagi Keluarga dan Perekonomian Nasional
|Baca juga: OJK: 64% UMKM Dipegang Perempuan, tapi Masih Sulit Akses Digital!
Dengan musim badai parah di AS yang mulai mereda, perhatian kini beralih ke musim badai Atlantik Utara. Prakiraan menunjukkan aktivitas mendekati hingga di atas rata-rata, termasuk tiga hingga lima badai besar yang berpotensi mendorong kerugian bencana sepanjang tahun melampaui proyeksi saat ini.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News