Media Asuransi, GLOBAL – Allied Market Research menyebutkan pasar deteksi penipuan asuransi global yang bernilai US$3,3 miliar pada 2021 diperkirakan mencapai US$28,1 miliar di 2031. Hal ini diiringi dengan laju pertumbuhan tahunan gabungan sebesar 24,2 persen.
Melansir Insurance Asia, Selasa, 12 Agustus 2025, segmen solusi mendominasi hampir tiga perempat pangsa pasar pada 2021, didorong oleh peningkatan klaim palsu, catatan palsu, dan integrasi alat deteksi dengan teknologi kecerdasan buatan dan internet of things.
|Baca juga: OJK dan Danantara Gelar Non-Deal Roadshow di Luar Negeri untuk Perkuat Pasar Modal RI
|Baca juga: Pasar Modal RI Tangguh, Bos OJK: 13 Perusahaan Siap IPO Senilai Rp16,65 Triliun!
Segmen layanan diperkirakan tumbuh dengan laju tercepat yakni dengan CAGR sebesar 27,8 persen didukung oleh permintaan layanan konsultasi, pemeliharaan, dan pelatihan untuk mengelola risiko penipuan.
Sementara deteksi penipuan pembayaran dan penagihan memegang pangsa pasar terbesar berdasarkan aplikasi pada 2021 sekitar 40 persen dari pasar, didukung oleh adopsi sistem berbasis aturan oleh perusahaan asuransi dan lembaga keuangan.
Sedangkan pada deteksi penipuan klaim diperkirakan tumbuh dengan laju tertinggi sebesar 26,8 persen per tahun, seiring dengan implementasi pemrosesan klaim berbasis kecerdasan buatan oleh perusahaan asuransi.
|Baca juga: Bos GOTO: KOMPAG Sumbang Rp19,6 Triliun terhadap PDB Indonesia
|Baca juga: KPEI Sebut Pasar Modal Indonesia Wajib Dibanggakan, Ternyata Ini Alasannya!
Daerah Asia Pasifik berhasil memegang lebih dari sepertiga pendapatan global pada 2021 dan diperkirakan mempertahankan posisinya hingga 2031, didukung oleh investasi dalam digitalisasi, big data, dan model agen hibrida.
Lebih lanjut, Amerika Utara diperkirakan mencatat pertumbuhan regional tercepat sebesar 26,6 persen per tahun, didorong oleh peningkatan permintaan akan asuransi cacat, alat analitik, dan otomatisasi klaim.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News