Media Asuransi, JAKARTA – Di tengah meningkatnya independensi lembaga think tank, Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bustanul Arifin menegaskan tantangan utama justru datang dari dalam lembaga itu sendiri.
Karenanya, dirinya mengajak para peneliti muda untuk tetap menonjolkan keotentikannya dan tidak terbawa oleh arus pragmatisme. “Jadilah diri sendiri dan itu maknanya lebih dalam, kalau Anda dengan latar belakang ekonomi ketenagakerjaan be it gitu,” kata Bustanul Arifin, Kamis, 14 Agustus 2025.
|Baca juga: BI Sebut Pesantren Jadi Motor Ekonomi Syariah di Indonesia
|Baca juga:Sri Mulyani: Kebijakan Fiskal Jadi Kunci Jadikan Indonesia Pusat Ekonomi Syariah Dunia
“Tidak harus berpura-pura ahli ekonomi ketenagakerjaan paham inflasi,” tambahnya, dalam Talk Show 30 Tahun Institute For Development of Economic and Finance (Indef) bertajuk ‘Merancang Masa Depan: Think Tank bagi Transformasi Ekonomi Indonesia secara virtual‘.
Menurutnya banyak lembaga think tank yang kehilangan independensinya karena terpengaruh dengan isu-isu popular. Tidak lain hal itu dilakukan demi eksistensi atau pengaruh lainnya.
“Musim orang berbicara pertumbuhan ekonomi, semua mau jadi ahli pertumbuhan ekonomi dan di situ ketidakindependenan itu dimulai. Non-independensi itu dimulai dari hal seperti itu,” ucapnya.
|Baca juga: Lembaga Think Tank Siap Jadi Penghubung antara Masyarakat dan Arah Kebijakan Pemerintah
|Baca juga: Indef: Indonesia Perlu Sumber Pertumbuhan Baru di Tengah Ancaman Ekonomi Global
Namun, tambahnya, jika dilihat dari sisi luar banyak sekali riset yang sudah terpetakan seperti Non Government Organization (NGO) dan Government Organized Non Governmental Organization (GONG) atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memang sengaja dibentuk oleh pemerintah.
Hal ini, dinilai Bustanul, yang akan menjadi ujian bagi lembaga think tank. “Jadi konteksnya, di situ ketipisan, tipisnya independensi itu memang di sana. Jadi sangat mungkin itu independensi seorang peneliti atau seorang pelaku think tank itu akan teruji,” terangnya.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya etika dalam menjaga marwah think tank. Selain berbasis sains dan data, peneliti juga harus memegang teguh nilai-nilai etika, baik yang tertulis atau tidak.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News