Media Asuransi, JAKARTA – Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menegaskan upaya mendorong hilirisasi dan pengembangan energi hijau harus berjalan seiring dengan pelestarian lingkungan.
Sekretaris Kementerian Investasi dan Hilirisasi Heldy Satya Putera mengatakan tantangan investasi hijau di sektor hilirisasi terletak pada pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) agar mampu menciptakan lapangan kerja dan memberi nilai tambah ekonomi tanpa mengabaikan kelestarian alam.
|Baca juga: Indef: Banyak Lembaga Think Tank yang Kehilangan Independensi
“Pada saat kami menyusun suatu peta jalan hilirisasi, yang agak sulit bahwa ada kekayaan alam itu yang sifatnya dia bisa dilestarikan, ada yang tidak bisa dilestarikan,” kata Heldy, dalam Talk Show 30 Tahun Indef, di Jakarta, Kamis, 14 Agustus 2025.
Ia mencontohkan hilirisasi tambang sebagai sumber daya yang tidak dapat diperbarui. Untuk sektor ini, pemerintah mencoba membangun ekosistem hilirisasi nikel, termasuk mengembangkan teknologi daur ulang.
Tujuannya agar hilirisasi tidak hanya memberi nilai tambah, tetapi juga mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. “Nah, kebijakan yang kita buat tentu harus kebijakan juga yang mendukung kelestarian lingkungan ini atau kelestarian alam,” ungkapnya.
|Baca juga: AI Diduga Ikut Melestarikan Bias Gender, Ini Kata UN Women
|Baca juga: BI Siapkan 6 Program Unggulan untuk Perkuat Ekonomi Syariah RI
Selain sektor tambang, BKPM juga mendorong pengembangan investasi di energi terbarukan. Heldy menuturkan potensi energi baru dan terbarukan di Indonesia mencapai 3.700 gigawatt (GW), yang menjadi peluang besar untuk transisi energi berkelanjutan.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
1 
