1
1

Penipuan Asuransi Global Diprediksi Tembus US$80 Miliar di 2025

Ilustrasi. | Foto: Freepik

Media Asuransi, JAKARTA – Laporan terbaru CoinLaw menyebutkan kerugian akibat penipuan asuransi di seluruh dunia diperkirakan melampaui US$80 miliar per tahun pada 2025. Tercatat tingkat penipuan bervariasi di setiap sektor.

Melansir Insurance Asia, Selasa, 26 Agustus 2025, kondisi itu dengan estimasi klaim mencurigakan berada di kisaran 2-10 persen. Kategori asuransi jiwa menjadi yang paling terdampak, dengan kerugian mendekati US$75 miliar per tahun, sementara penipuan di lini properti dan umum mencapai sekitar US$122 miliar per tahun.

|Baca juga: BCA (BBCA) Ajak Para Mahasiswa Siapkan Diri Hadapi Tantangan Ekonomi Global

Asia Pasifik mencatat lonjakan signifikan pada 2023 dengan kenaikan klaim palsu sebesar 22 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan ini banyak dipicu oleh kecelakaan rekayasa dan penggelembungan nilai klaim.

Secara global, penipuan pada asuransi kendaraan bermotor juga meningkat 19 persen sepanjang 2023, menunjukkan rentannya sektor ini terhadap jaringan terorganisir yang sengaja memanipulasi kecelakaan untuk mendapatkan pembayaran klaim.

Jika digabungkan, kerugian pada sektor jiwa dan properti mencapai lebih dari US$300 miliar secara global, dengan laju pertumbuhan lebih dari 10 persen per tahun. Kondisi ini mendorong industri asuransi memperkuat strategi pencegahan penipuan.

Teknologi kini menjadi andalan untuk menekan risiko tersebut. Berbagai perusahaan memanfaatkan pemodelan prediktif, kecerdasan buatan, dan sistem otomatis untuk mendeteksi aktivitas mencurigakan. Pasar pendeteksian penipuan diperkirakan meningkat dari US$7,5 miliar pada 2024 menjadi US$9,05 miliar di 2025, dan bisa mencapai US$22,9 miliar pada 2029.

|Baca juga: OJK Resmikan SPRINT, Sistem Perizinan Satu Pintu untuk Industri Jasa Keuangan

Meskipun teknologi mampu mengurangi penipuan hingga 20 persen sampai 40 persen, namun ancaman baru terus bermunculan. Modus seperti pemalsuan berbasis deepfake, identitas sintetis, penipuan suara, dan klaim kerusakan properti yang direkayasa menjadi tantangan yang memicu biaya klaim semakin tinggi dan proses penyelesaian yang lebih lambat.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Askrindo Rayakan HUT RI dengan Tingkatkan Perekonomian Sulawesi Selatan
Next Post IHSG Sesi I Lanjut Menguat

Member Login

or