Media Asuransi, GLOBAL – The Business Research Company mengungkapkan pasar asuransi penurunan tanah tambang diperkirakan tumbuh 6,4 persen menjadi US$3,42 miliar pada 2025. Pasar ini diproyeksikan mencapai US$4,32 miliar pada 2029 dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 6,0 persen.
Melansir Insurance Asia, Senin, 15 September 2025, kondisi itu didorong oleh meningkatnya insiden penurunan tanah, meningkatnya pembangunan perkotaan di atas bekas tambang, dan berkembangnya peraturan yang mewajibkan pertanggungan.
|Baca juga: Ditunjuk Jadi Menkeu, Purbaya Diharap segera Realisasikan Program Penjaminan Polis Asuransi
|Baca juga: Purbaya Diminta Cepat Tuntaskan Kasus Jiwasraya, Pengamat: Sudah 8 Tahun Terkatung-katung!
Inovasi teknologi juga membentuk sektor ini, dengan kemajuan dalam pemetaan bawah permukaan, kerangka kerja asuransi parametrik, dan pemrosesan klaim berbasis AI yang diharapkan dapat meningkatkan penilaian risiko dan penanganan klaim.
Aktivitas pertambangan yang lebih kuat dan nilai properti yang meningkat juga semakin mendorong permintaan.
|Baca juga: Menteri Baru Kabinet Merah Putih Komitmen Jalankan Perintah Prabowo
|Baca juga: Bos Bank Mega Syariah Sapa Langsung Nasabah di Hari Pelanggan Nasional 2025
Asuransi penurunan tanah tambang menawarkan perlindungan terhadap kerusakan pergerakan tanah, membantu melindungi properti dan mendukung investasi berkelanjutan di area rawan pertambangan.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News