1

Stimulus 8+4+5 Picu Bisnis Asuransi Tumbuh, tapi DAI Minta Manajemen Risiko Diperkuat

Ketua Umum DAI Yulius Bhayangkara. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Dampak positif Paket Stimulus Ekonomi 8+4+5 senilai Rp16,23 triliun dan kucuran dana Rp200 triliun ke bank Himbara diyakini bakal mendorong pertumbuhan bisnis asuransi di Indonesia. Akan tetapi, hal tersebut bukan berarti tanpa ada tantangan yang menghadang.

Meskipun diperkirakan berdampak positif terhadap pertumbuhan industri asuransi, namun Dewan Asuransi Indonesia (DAI) mengingatkan peningkatan bisnis baru akan diikuti kenaikan risiko yang harus diantisipasi industri sejak dini.

|Baca juga: Paket Stimulus 8+4+5 Diyakini Bikin Industri Asuransi Kecipratan Berkah, Begini Penjelasan DAI!

|Baca juga: Rp200 Triliun Resmi Masuk Himbara, Industri Asuransi Bakal Ketiban Durian Runtuh?

Ketua DAI sekaligus Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pialang Asuransi dan Reasuransi Indonesia (Apparindo) Yulius Bhayangkara mengatakan lonjakan bisnis asuransi usai stimulus akan memperbesar eksposur risiko, mulai dari risiko aset, operasional, hingga kesehatan tenaga kerja.

Karena itu, ia menilai, manajemen risiko harus dipersiapkan seiring optimisme pertumbuhan ekonomi yang makin tinggi.

“Lonjakan ekonomi itu kalau tidak hati-hati bisa bikin industri tidak prudent. Premi naik, tapi liability juga ikut naik. Nah, yang penting bagaimana memastikan kenaikan risiko ini dikelola dengan baik sejak awal,” ujar Yulius, kepada Media Asuransi dikutip Jumat, 19 September 2025.

Ia menjelaskan industri asuransi harus melakukan investasi bukan hanya untuk mengejar bisnis baru, tetapi juga memperkuat manajemen risiko. Persiapan teknis seperti program reasuransi, penerapan standar akuntansi internasional IFRS 17, hingga penguatan aktuaria wajib dilakukan agar industri tetap patuh regulasi dan mampu mengelola kewajiban yang meningkat.

“Risiko pasti ada, tapi kalau kita comply dengan aturan, manajemennya jalan, dan backup reasuransi siap, risiko bisa tetap terkendali. Bahayanya justru kalau bisnis tumbuh besar tapi industrinya tidak siap,” tegas Yulius.

Dirinya mengingatkan agar lonjakan optimisme usai stimulus tidak membuat pelaku industri terburu-buru mengambil peluang tanpa perhitungan matang. Mengutip investor kawakan Warren Buffett, Yulius menyebut, industri harus bijak dalam memanfaatkan momentum.

|Baca juga: Direksi Soho Global Health (SOHO) Dirombak, Siapa Saja Pemain Barunya?

|Baca juga: Bos BI Bilang Begini soal Keputusan Purbaya Pindahkan Rp200 Triliun kepada Himbara

“Ketika orang lain takut, itu saatnya masuk. Tapi ketika semua mulai greeding, justru saatnya kita mencari peluang baru dan tidak terjebak di satu tempat,” katanya.

Menurut Yulius kesiapan industri menghadapi risiko akan menjadi kunci agar pertumbuhan bisnis baru bisa berjalan beriringan dengan prinsip kehati-hatian. Dengan demikian, industri asuransi tidak hanya mengejar premi, tetapi juga menjaga stabilitas keuangan di tengah ekspansi ekonomi yang kian cepat.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Kata Bos DAI soal Relaksasi Aturan Ekuitas Minimum Asuransi 2026, Wajib Naik tapi Butuh Waktu!
Next Post Allianz Life Indonesia dan Maybank Indonesia Luncurkan MyProtection Growth

Member Login

or