Media Asuransi, JAKARTA – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) atau Bank Mandiri membukukan laba bersih konsolidasi sebesar Rp24,45 triliun pada semester I/2025. Pencapaian itu turun sebanyak 7,7 persen dibandingkan dengan periode yang sama di 2024.
Meski laba bersih tergerus, namun Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri Novita Widya Anggraini menjelaskan Bank Mandiri secara konsolidasi membukukan total aset senilai Rp2.514,68 triliun atau naik 11,4 persen secara tahun ke tahun (yoy) pada kuartal II/2025.
|Baca juga: BNI (BBNI) Siap Tancap Gas Salurkan Kredit Produktif Usai BI Rate Dipangkas
|Baca juga: MNC Bank dan CAR Life Insurance Bersinergi Perkuat Proteksi Finansial Nasabah
Ia menjelaskan hal ini ditopang oleh penyaluran kredit konsolidasi Bank Mandiri yang mencapai Rp1.701 triliun atau meningkat 11 persen yoy. Pertumbuhan tersebut melampaui rata-rata industri perbankan sebesar 7,03 persen yoy pada periode Juni 2025 berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Novita Widya Anggraini menjelaskan pertumbuhan kredit yang dicapai menunjukkan peran aktif Bank Mandiri dalam mendukung pembiayaan produktif di berbagai sektor strategis. Akselerasi kredit difokuskan untuk memperkuat kinerja ekonomi nasional sekaligus memberikan manfaat bagi masyarakat luas.
“Oleh sebab itu, kami akan terus menjaga pertumbuhan kredit Bank Mandiri di atas rata-rata industri,” ujar Novita, dalam konferensi pers Paparan Kinerja Kuartal II/2025 Bank Mandiri yang digelar secara virtual, Jumat, 19 September 2025.
|Baca juga: POJK Kemudahan Akses Pembiayaan UMKM Meluncur, Legislator: Kabar Baik bagi Masyarakat!
|Baca juga: BNI (BBNI) Gandeng KPK Perkuat Penerapan Tata Kelolaan Perusahaan yang Baik
Novita menambahkan pertumbuhan tersebut merata di seluruh wilayah Indonesia. Penyaluran kredit Bank Mandiri menjangkau beberapa sektor prospektif antara lain sektor konstruksi, infrastruktur, perdagangan, energi, makanan dan minuman, serta industri padat karya. Bank Mandiri berupaya menghadirkan akses pembiayaan yang relevan sesuai potensi ekonomi daerah.
“Sinergi dengan pelaku usaha di berbagai sektor berhasil membawa pertumbuhan kredit berjalan lebih inklusif. Ekosistem sektor produktif yang berorientasikan ekspor memperkuat pembiayaan pada segmen bisnis industri dan menjadi landasan bagi UMKM serta ritel untuk terus berkembang,” jelas Novita.
Lewat optimalisasi sinergi, segmen UMKM turut mencatatkan peningkatan signifikan dengan pertumbuhan kredit mikro produktif sebesar 12,6 persen secara tahunan pada akhir kuartal II/2025. Realisasi tersebut memperkuat peran bank berkode emiten BMRI ini dalam mengoptimalkan ekonomi kerakyatan serta mendorong penciptaan lapangan kerja di berbagai daerah.
“Kami menjaga agar pertumbuhan aset tetap berkualitas, dengan fokus pada pembiayaan sektor-sektor yang memiliki potensi besar dalam mendukung produktivitas nasional dan penyerapan tenaga kerja,” jelas Novita.
|Baca juga: All Time High! 277 Pertanyaan Menghujani OJK: Stabilitas Industri Keuangan vs Demonstrasi Membara
|Baca juga: Prediksi IHSG dan 4 Rekomendasi Saham Pilihan di Akhir Pekan
Ia mengaku hal itu terlihat dari kinerja keuangan Bank Mandiri yang tetap diiringi dengan prinsip kehati-hatian. Rasio kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) Gross Bank Mandiri terjaga di level 1,08 persen secara bank only, lebih baik dibandingkan dengan rata-rata industri sebesar 2,22 persen bila merujuk data OJK di periode Juni 2025.
Selain itu, rasio pencadangan atau NPL Coverage Ratio Bank Mandiri mencapai 273 persen, mencerminkan ketahanan finansial yang solid dalam mengantisipasi risiko. Lebih lanjut, Bank Mandiri secara konsolidasi membukukan total aset senilai Rp2.514,68 triliun, naik 11,4 persen yoy pada kuartal II/2025.
“Komitmen kami adalah memastikan pertumbuhan kredit yang sehat dengan manajemen risiko yang disiplin. Dengan cara ini, profitabilitas dapat terjaga secara konsisten,” kata Novita.
Di sisi lain, hingga akhir Juni 2025, total Dana Pihak Ketiga (DPK) konsolidasi mencapai Rp1.828 triliun, meningkat 10,7 persen yoy dan tumbuh di atas rata-rata industri. Pertumbuhan DPK tersebut didorong oleh peningkatan dana murah atau Current Account Saving Account (CASA) yang mencapai 78,4 persen, memperkuat likuiditas dan efisiensi biaya dana.
“Kami secara konsisten akan terus melanjutkan strategi pertumbuhan yang berbasis ekosistem dan digitalisasi. Fokus utama kami adalah meningkatkan CASA berbasis transaksional baik di segmen wholesale maupun retail untuk menjaga biaya dana tetap efisien,” ucapnya.
Ia menambahkan optimalisasi CASA menjadi strategi penting agar Bank Mandiri dapat menyediakan pendanaan yang efisien. Hal ini juga memperkuat struktur likuiditas dalam mendukung ekspansi kredit secara berkelanjutan. “Strategi ini kami lakukan agar Bank Mandiri tetap menjadi main transactional bank bagi nasabah,” pungkas Novita.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News