1

Mirae Asset: Pelaku Pasar Masih Mencermati Kebijakan Purbaya Yudhi Sadewa

Perdagangan Saham di Bursa Efek Indonesia. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia menilai bahwa reshuffle kabinet terbaru yang dilakukan Presiden Prabowo Subianto, khususnya penggantian Menteri Keuangan, menjadi perhatian utama pelaku pasar karena akan menentukan arah kebijakan fiskal ke depan.

Chief Economist & Head of Research Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto, menjelaskan bahwa pasar tengah mencermati arah kebijakan fiskal setelah Sri Mulyani Indrawati diganti oleh Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan RI.

“Sejak 2016, Sri Mulyani dikenal menekankan disiplin fiskal dan transparansi anggaran. Dengan pergantian ini, mandat Presiden kepada menteri keuangan baru adalah mempercepat pencapaian pertumbuhan ekonomi delapan persen,” ujar Rully dalam keterangan resmi, Selasa, 23 September 2025.

|Baca juga: Rapat Paripurna DPR Setujui Anggota Dewan Komisioner LPS, Berikut Lengkapnya!

Menurut dia, ke depannya publik akan melihat kebijakan fiskal yang lebih ekspansif dengan peran pemerintah dan swasta yang lebih besar dalam mendorong pertumbuhan. Ditambahkan bahwa kebijakan ekonomi yang menjadi sorotan pasar di bawah kepemimpinan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa antara lain adalah, pertama, pergeseran dari disiplin fiskal menuju kebijakan pro-growth dengan target pertumbuhan ekonomi delapan persen.

Kedua, kebijakan fiskal yang lebih ekspansif, melalui peningkatan belanja pemerintah dan dukungan terhadap program prioritas, salah satunya adalah dengan menyalurkan dana kredit ke bank-bank BUMN senilai Rp200 triliun. Ketiga, optimalisasi peran sektor swasta dan pemerintah dalam mendorong investasi dan konsumsi.

Rully menuturkan bahwa meskipun latar belakang Purbaya sebagai ekonom dan mantan pejabat BUMN memberikan keyakinan akan kapasitasnya, pelaku pasar tetap menunggu kejelasan mengenai komitmen disiplin fiskal, transparansi anggaran, dan sumber pembiayaan program prioritas pemerintah.

|Baca juga: Bank Himbara Dapat Dana Rp200 Triliun, LPS: Batas Jaminan Maksimal Rp2 Miliar!

Dengan demikian, maka implikasi kebijakan baru tersebut bagi pasar modal adalah volatilitas jangka pendek yang berpotensi berlanjut, tetapi peluang investasi tetap terbuka dalam periode konsolidasi.

“Pasar masih menantikan kepastian apakah kebijakan ekspansif ini akan tetap menjaga keberlanjutan fiskal. Ketidakpastian tersebut menjadi salah satu faktor yang menahan pergerakan indeks saham dan meningkatkan volatilitas pasar obligasi,” jelasnya.

Menurut Rully, Mirae Asset memprediksi bahwa pelemahan pasar saham masih berpotensi berlanjut dalam jangka pendek. Namun, kondisi tersebut justru dapat menjadi momentum bagi investor untuk membeli di saat koreksi (buy on weakness) pada saham-saham pilihan.

Dia menyarankan sektor perbankan yang diprediksi kinerjanya dapat membaik terutama untuk bank BUMN dengan adanya penyaluran dana Rp200 triliun, asalkan tidak diikuti dengan kenaikan kredit tidak lancar (non performing loan/NPL) yang signifikan.

Selain saham-saham emiten perbankan, Rully juga merekomendasikan saham TLKM, TOWR, MTEL, JPFA, KLBF, dan BRPT sebagai saham pilihan yang berpotensi menarik dalam periode konsolidasi ini.

Editor: S. Edi Santosa

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post PT Asuransi Wahana Tata Raih Posisi Kedua
Next Post Sequis Life Luncurkan Produk Asuransi Dwiguna Sequis Future Saver Insurance

Member Login

or