Media Asuransi, JAKARTA – Pasar obligasi Indonesia diproyeksikan masih akan menarik pada kuartal IV/2025 hingga 2026. Instrumen dengan tenor pendek atau di bawah lima tahun dinilai menjadi pilihan utama para investor di tengah kondisi pasar yang bullish sejak awal tahun ini.
Head of Research and Market Information Departemen Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) Salvian Fernando mengatakan outlook obligasi masih terlihat optimistis. “Saya rasa juga tidak salah kalau kita masih mengambil posisi di bond market,” ujarnya, dalam acara Market Outlook Obligasi Q4-2025 di Jakarta, Selasa, 30 September 2025.
|Baca juga: Industri Asuransi Jadi Penopang SBN saat Investor Asing Ramai-ramai Tarik Dana?
|Baca juga: Spin-Off UUS Asuransi Kian Marak, Bos Prudential Syariah: Kesenjangan Perlindungan Bakal Menyempit!
Menurutnya minat investor terlihat dari penerbitan obligasi pemerintah, ritel, hingga syariah yang mayoritas berjangka pendek. Ia menjelaskan penerbitan obligasi dengan tenor di bawah lima tahun masih mendominasi.
Salvian menuturkan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) baru-baru ini mencatat permintaan tinggi, dengan total penawaran hampir mencapai Rp100 triliun dan Rp33 triliun di antaranya berhasil dimenangkan.
Hal serupa juga terjadi pada obligasi syariah maupun korporasi yang rata-rata diminati investor. Meski demikian, Salvian mengingatkan agar investor tetap berhati-hati lantaran harga obligasi sudah menyentuh level tertinggi sejak awal 2025.
“Secara skenario mungkin posisi market tidak akan terlalu berbeda pada 2026, karena obligasi sudah cukup bullish dan perlu hati-hati, karena sudah cukup reli sejak awal tahun, pelaku pasar harus melihat berbagai kondisi makro,” ujarnya.
|Baca juga: KPPU Kenakan TikTok Denda Rp15 Miliar Gara-gara Telat Lapor Akuisisi Tokopedia
|Baca juga: Bank Victoria Syariah Resmi Berubah Nama Jadi Bank Syariah Nasional, Logo Ikut Diubah!
Ia menambahkan tren ambil untung di kalangan investor masih berlangsung, dan langkah defensif di tengah kondisi pasar yang bullish sejak awal tahun dianggap wajar. Lebih lanjut, Salvian menyebut, ada faktor eksternal yang bisa memengaruhi pasar obligasi pada tahun depan, salah satunya terkait kebijakan moneter.
“Beberapa proyeksi kita, di base line The Fed akan menurunkan suku bunga antara Oktober dan Desember, dan BI akan kembali menurunkan suku bunga namun tidak agresif sekali atau dua kali lagi, turun kisaran 25 basis poin,” pungkasnya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News