Media Asuransi, GLOBAL — Sejumlah regulator asuransi di kawasan Asia-Pasifik (APAC) dan Eropa, Timur Tengah, serta Afrika (EMEA) mulai melonggarkan aturan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Langkah paling terlihat datang dari Australia dan China yang kini berada di garis depan perubahan kebijakan pada kuartal III/2025,
Laporan Fitch Ratings menjelaskan Australia sedang menyiapkan kebijakan pengurangan beban modal bagi perusahaan asuransi yang bisa menyesuaikan portofolio aset dan kewajibannya dengan lebih baik. Aturan baru ini diharapkan bisa membuat bisnis anuitas menjadi lebih menarik dan terjangkau bagi masyarakat.
|Baca juga: Direktur Keuangan UOB Indonesia Mengundurkan Diri, Begini Penjelasan Manajemen
|Baca juga: Tekan Biaya Klaim, AXA Financial Masih Kaji Skema Pembentukan Dewan Penasihat Medis
Dilansir dari Insurance Asia, Senin, 6 Oktober 2025, sementara China juga mengambil langkah serupa dengan menurunkan beban modal sebesar 10 persen untuk investasi ekuitas. Tujuannya adalah mendorong perusahaan asuransi menyalurkan lebih banyak modal ke sektor korporasi, yang pada akhirnya dapat membantu memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional.
Di sisi lain, Komisi Eropa turut mengusulkan kebijakan yang sejalan, yaitu menurunkan beban modal untuk investasi ekuitas jangka panjang dan sekuritisasi berperingkat tinggi (senior tranche).
Namun tidak semua negara mengambil arah yang sama. Amerika Serikat (AS) dan Inggris justru bersikap lebih hati-hati terhadap meningkatnya penggunaan perjanjian reasuransi yang didanai (funded reinsurance) di sektor asuransi jiwa.
Fitch menambahkan AS kini memperkenalkan uji kecukupan aset untuk memastikan keseimbangan arus kas antara aset dan liabilitas dalam perjanjian reasuransi tersebut. Sedangkan Inggris mulai memberi sinyal akan memperketat aturan terkait praktik reasuransi yang didanai.
|Baca juga: Pemerintah Bidik Paket Ekonomi 2025 Serap Tenaga Kerja dan Jaga Pertumbuhan
|Baca juga: Jajaran Direksi Dirombak, Koji Kato Resmi Jadi Presiden Direktur Bussan Auto Finance yang Baru
Perbedaan kebijakan antarwilayah ini menunjukkan bahwa regulator di berbagai negara tengah berupaya menjaga keseimbangan antara stabilitas keuangan dan dorongan pertumbuhan ekonomi, di tengah kondisi pasar global yang terus berubah.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
1 
