Media Asuransi, JAKARTA – Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dikenal sebagai penopang utama perekonomian Indonesia. Julukan itu bukan tanpa alasan, mengingat kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja, dan stabilitas ekonomi sangat besar.
Meski jumlahnya terus bertambah, nasib UMKM ibarat patah tumbuh hilang berganti. Banyak yang baru bermunculan, tapi tak sedikit pula yang dulu berjaya kini harus gulung tikar. Banyak pelaku UMKM gulung tikar bukan karena kurangnya pelanggan, melainkan akibat salah mengatur keuangan.
|Baca juga: Tips Keuangan Cerdas untuk Para Sandwich Generation
|Baca juga: Mau Hidup Bahagia Bebas Insecure? Coba Baca Informasi Berikut!
Lalu apa saja kesalahan yang sering dilakukan UMKM terkait mengatur keuangan? Melansir laman OCBC, Sabtu, 11 Oktober 2025, berikut beberapa penyebabnya:
1. Tidak punya catatan keuangan
Banyak pelaku UMKM merasa usahanya kecil, jadi pencatatan keuangan dianggap ribet dan tidak perlu. Padahal meskipun hanya catatan sederhana di buku tulis atau aplikasi gratis di HP, pencatatan itu penting sekali. Tanpa data jelas soal pemasukan, pengeluaran, hingga utang-piutang, kamu tak tahu apakah usaha benar-benar untung atau justru rugi. Akibatnya keputusan bisnis jadi asal-asalan.
2. Mengandalkan utang tanpa perhitungan
Pinjaman usaha memang bisa membantu, tapi kalau tidak dihitung matang, justru jadi beban besar. Banyak UMKM ambil utang modal tanpa menghitung kemampuan bayar, bahkan kadang dipakai untuk kebutuhan konsumtif. Akhirnya cicilan lebih besar daripada keuntungan usaha, sehingga arus kas tersedot hanya untuk bayar bunga dan pokok utang. Jika terus dilakukan, usaha bisa tercekik dan sulit berkembang.
3. Menghabiskan keuntungan
Ketika usaha mulai menghasilkan, godaannya besar untuk langsung memakai keuntungan buat kebutuhan pribadi. Padahal modal kerja harus tetap dijaga agar usaha bisa berputar. Ketika keuntungan selalu dihabiskan, begitu ada pesanan besar atau harga bahan baku naik, kamu bisa kelabakan karena tak ada uang tersisa untuk menutup biaya produksi.
|Baca juga: Waspada, Ini Ciri-ciri Rekening Bocor yang Perlu Diketahui
|Baca juga: Begini Strategi Laddering untuk Kelola Deposito yang Fleksibel, Lebih Cuan?
4. Tidak punya dana darurat usaha
Sama seperti keuangan pribadi, usaha juga butuh dana darurat. Banyak UMKM mengabaikan hal ini, padahal krisis bisa datang kapan saja, seperti penjualan turun drastis, ada pelanggan besar yang telat bayar, atau biaya sewa naik.
Ketika kamu tidak punya dana cadangan, usaha bisa berhenti total karena operasional tak bisa jalan. Dana darurat minimal bisa menutup biaya operasional 1–3 bulan, sehingga usaha tetap selamat meski kondisi sedang sulit.
5. Mencampur uang pribadi dan usaha
Ini kesalahan paling fatal yang sering dilakukan UMKM. Banyak pemilik usaha menganggap uang kas dan uang pribadi sama saja. Misalnya, hasil penjualan dipakai langsung untuk bayar belanja keluarga, atau sebaliknya. Akibatnya keuangan usaha jadi kabur.
|Baca juga: Begini Cara Mengatasi Rekening Bocor agar Kerugian Tidak Bertambah
|Baca juga: Jangan Sampai Salah Lagi, Berikut 6 Prinsip Dasar Asuransi yang Wajib Dipahami!
Kamu tidak bisa tahu seberapa besar keuntungan yang sebenarnya, bahkan bisa jadi usaha tampak berjalan tapi ternyata tidak pernah benar-benar untung. Lebih parahnya lagi, uang usaha habis untuk kebutuhan pribadi, sehingga ketika ada peluang besar atau kebutuhan mendesak, kas kosong.
Solusinya sederhana tapi butuh disiplin: pisahkan rekening khusus untuk usaha, catat setiap transaksi, dan gaji diri sendiri dari laba usaha sesuai porsinya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
